Jumat, 19 Oktober 2012

BIOKIMIA YANG BERKAITAN DENGAN KEHAMILAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Anemia merupakan kekurangan zat besi yang biasa diderita oleh wanita hamil pada dasarnya anemia merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. How Swie Tjioeng menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% pada trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1% di Bogor. Bakta menemukan 50,7% di Puskesmas kota Denpasar sedangkan Sindu menemukan 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kurang gizi.
Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan; dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.
B.     Rumusan Masalah
·         Apa Pengertian Anemia Pada ibu hamil ?
·         Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil ?
·         Bagaiman proses terjadinya anemia pada ibu hamil?
C.    Tujuan dan Manfaat
·      Untuk mengtahui pengertian anemia pada ibu hamil
·      Mengetahui penyebab anemia pada ibu hamil
·      Dan mengetahui bagaimana proses terjadinya anemia pada ibu hamil


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hamil disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis. Anemia pada Ibu Hamil merupakan suatu kondisi ibu hamil dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III atau kadar Hb
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
1.1    Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil
Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil adalah meningkatnya jumlah kebutuhan zat besi guna pertumbuhan janin bayi yang dikandungnya. Jika sang ibu mengalami kondisi di bawah ini maka akan menyebabkan anemia.
Kurangnya asupan zat besi yang dibutuhkan pada makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu. Pola makan sang ibu yang cenderung terganggu akibat mual yang dirasakan selama masa kehamilan
Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada sang ibu yang diakibatkan oleh persalinan sebelumnya maupun menstruasi.
1.2    Gejala Umum yang Dirasakan Penderita Anemia
Gejala Umum Yang Dirasakan Penderita Anemia adalah Pucat lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan dalam proses penyembuhan luka.
1.3    Dampak Anemia
Dampak Anemia oleh ibu hamil yaitu Abortus, lahir prematur, lamanya waktu partus yang dikarena kurangnya daya dorong rahim, pendarahan post – partum, rentan terhadap infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hemoglobin kurang dari 4 g – persen.
Hipoksia merupakan akibat dari anemia yang dapat menyebabkan shock, dalam keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan kematian ibu pada saat persalinan, sekalipun tak disertai pendarahan. Kematian bayi serta cacat bawaan.
1.4    Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia Pada Ibu Hamil Selain menggunakan terapi obat juga dapat dilakukan dengan terapi diet. Guna memenuhi asupan zat besi, tingkatkanlah memakan makanan yang kaya akan zat besi (Fe) contohnya yaitu, makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran yang memiliki warna hijau tua.
Defisiensi besi bukanlah satu-satunya penyebab anemia pada ibu hamil, tetapi jika prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi seringkali dianggap penyebab yang paling dominan. Pertimbangan akan menyebabkan suplementasi tablet besi folat yang selama ini dianggap sebagai cara yang paling bermanfaat dalam mengatasi penyakit anemia.
Anemia dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi tablet besi ataupun Tablet Tambah Darah (TTD). Ibu hamil pada umumnya diberikan dosis sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari saat masa-masa kehamilan.
TTD tersebut mengandung 200 mg ferrosulfat, yang mana hal tersebut setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Dalam beberapa kasus, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping. Efek samping tersebut diantaranya berupa mual, nyeri lambung, muntah, diare, serta kesulit buang air besar. Untuk mencegah efek samping tersebut terjadi dianjurkan mengkonsumsi TTD setelah makan saat malam hari.
1.5    Penyebab anemia umumnya adalah :
                  1.            Kurang gizi ( malnutrisi )
                  2.            Kurang zat besi dalam diet
                  3.            Malabsorpsi
                  4.            Kehilangan daerah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dll
                  5.            Penyakit-penyakit kronik : tbc, paru, cacing usus, malaria, dll
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah ( hiperemia / hipervolumia )karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan tersebut adalah :
a.       Plasma darah bertambah : 30%
b.      Sel-sel darah bertambah : 18%
c.       Hemoglobin bertambah : 19%
Secara fisiologis, pengeceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.

1.6  Bentuk-bentuk Anemia
  1. Anemia defresiasi besi (62,3%)
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta banyak dijumpai. Penyebabnya sebagai penyebab anemia umumya.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita hamil, non-hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
*      FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg-15mg-15mg
*      LIPI Indonesia (1968) : 12mg-17mg-17mg
Kemasan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral
*         Peroral : sulfas ferasus ata glukonas ferosus denan dosis 3-5x0,20 mg
*         Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral  atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atan intravera. Kemasan ini antara : imferon, jectofer dan ferrigen.
Hasil lebih cepat dari pada peroral.
  1. Anamia Megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa penyebab:
*                  Kekurangan asam folik
*                  Kekurangan Vit B12
*                  Malnutrisi dan infeksi yang kronit
Pengobatan
*                  Asam Folik 15 – 30 mg per hari
*                  Vit B12 3x1 tablet per hari
*                  Sulfas Ferosus 3x1 tablet per hari
*                  Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban maka dapat diberikan tanfusi darah.
  1. Anemia hipoplasti (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang belakang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan :
*                              Darah tepi lengkap
*                              Pemeriksaan fungsi sternal
*                              Pemeriksaan retikulosh
Penyebab belum diketahui pasti, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi
 Pengobatan  :
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan mungkin pengobatan yang paling balik yaitu transfusi darah yang yang perlu sering diulang.
  1. Anemia Hemolitik ( sel sickle )(0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Ini dapat disebabkan oleh :
a)      faktor intrakorpuskoler : dijumpai pada anemia hemolitik, heriditer, talasemia, anemia sel sitkle (sabit), hemoglobinopati C,D,G,H,I dan paraksimal noktural hemoglobinuria.
b)      Faktor ekstrakorpuskoler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam dan dapat beserta obat-obatan : leukimia, penyakit hodgkin,dll.
Gejala utama :
*      Anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah
*      Kelelahan dan kelemahan
*      Gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital
Pengobatan
Bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita.
B.     Pengaruh Anemia pada Kehamilan
  1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a.       Bahaya selama kehamilan
·         Dapat terjadi abortus
·         Persalinan prematuritas
·         Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
·         Mudah terjadi infeksi
·         Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)
·         Mola Hidatidosa
·         Hiperemesis Gravidarum
·         Pendarahan antepartum
·         Ketuban pecah dini ( KPO )
a.       Bahaya saat persalinan
·         Gangguan his – kekuatan mengejan
·         Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai
·         Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
·         Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan postpartum karena atonia uteri
·         Kala keempat dapat terjadi pendarahan post partum sekunder dan atonia uteri
c.       Pada Kala nifas
·         Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
·         Memudahkan infeksi puerpertum
·         Pengeluaran ASI berkurang
·         Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
·         Anemia kala nifas
·         Mudah terjadi infeksi mainmae
  1. Bahaya terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
·         Abortus
·         Terjadi kematian intro uterin
·         Persalinan prematuritas tinggi
·         Berat badan lahir rendah
·         Dapat terjadi cacat bawaan
·         Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal
·         Intelegensi lemah
Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO yaitu 11 gr/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl 1.18, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
Gambaran Faktor Risiko Kejadian Anemia
Rata-rata umur ibu hamil adalah 27-72 tahun, bervariasi dengan usia minimum 17 tahun dan usia maksimum 45 tahun. Sebagian besar ibu hamil berusia antara 20 tahun hingga 35 tahun yaitu sebesar 80%. Sebagian besar frekuensi persalinan ibu hamil >2 kali sebanyak 75%. Rata-rata jarak kehamilan ibu hamil adalah selama 2-15 th , bervariasi dengan jarak kehamilan terendah selama 1 tahun dan jarak kehamilan tertinggi selama 10 tahun. Rata-rata kepatuhan menkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil adalah sebesar 2.65, bervariasi dengan nilai terendah 0 tahun yaitu tidak menkonsumi tablet Fe dan nilai tertinggi 5 (lebih dari nilai median). Sebagian besar ibu hamil menkonsumsi tablet Fe secara patuh yaitu sebanyak 81%.
Hubungan Antar Faktor Risiko dengan Kejadian Anemia
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia (p > 0.05).
Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05). Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 1.454 dengan 95% CI 0.567-3.726. Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah.
Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Anemia
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).

Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Anemia
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe) Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah frekuensi antenatal care , maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05)
Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang patuh, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05) . Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 2.429 dengan 95% CI 836-7.052. Artinya ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2.429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan (p > 0.05).

EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
Hubungan Antar Faktor Risiko dengan Kejadian Anemia
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia (p > 0.05).
Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05). Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 1.454 dengan 95% CI 0.567-3.726. Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah.
Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).
Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Anemia
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05).
Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Anemia
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe) Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah frekuensi antenatal care , maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05)
Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang patuh, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05) . Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 2.429 dengan 95% CI 836-7.052. Artinya ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2.429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe
Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan (p > 0.05).
PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

GEJALA KLINIS
Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas. 
DERAJAT ANEMIA
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. 
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infek¬si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri¬natal, dan lain-lain) 
PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya 
PENCEGAHAN ANEMIA
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Rata-rata kadar hemoglobin ibu adalah sebesar 11.28 1.18 mg/dl dan proporsi ibu hamil yang tenderita anemia sebesar 42%,
2.      Ada hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia,
3.      Ibu hamil yang jumlah persalinan banyak mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 52%,
4.      Ibu hamil yang kurang patuh menkonsumsi tablet Fe mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 58.8%,
5.      Tidak ada hubungan antara umur, jarak kehamilan, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan reproduksi ibu hamil dengan kejadian anemia.
Simpulan
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
B.     Saran
1.      Pada pengambil kebijakan dibidang kesehatan, perlu lebih dikembangkan lagi program KB, karena jumlah persalinan yang banyak berdampak pada tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil,
2.      Pada pengelola program kesehatan khususnya program ibu dan  anak, perlu strategi lain dalam merencanakan program penyuluhan kesehatan umumnya, khususnya tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan Gizi bagi ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede.1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998, Sinopsis Obstetri, Jilid I, EGC Jakarta.
Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar