KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktik
klinik kebidanan ini yang berjudul : “ Asuhan Kebidanan Pada Ny ‘Y’ P20002 Post Partum (VE) Hari
Ke-16 Dengan Retensio Urin”.
Dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan ini, tidal lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bpk. dr. H. M. Zulfikar As’ad,
MMR selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul
‘Ulum Jombang,
2.
Ibu Hj. Sabrina Dwi Prihartini,
SKM selaku kaprodi DIII Kebidanan FIK Universitas Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.
3.
Ibu Helmi Annuchasari, Amd.Keb,SKM selaku pembimbing akademik DIII Kebidanan UNPDU Jombang.
4.
Ibu Zubaidah H, Amd.Keb selaku
Kepala Ruangan Melati Di RSUD Jombang
5.
Ibu Ugik
Kurniawati, Amd.Keb Selaku Pembimbing Ruangan Melati Di RSUD Jombang
6.
Semua pihak yang telah membantu
dan mendukung kami baik secara langung maupun tidak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengahrap kritik dan saran guna perbaikan laporan Asuhan
Kebidanan ini.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya danpenulisnya khususnya.
Jombang, 10 November 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Masa nifas merupakan kejadian yang
fisiologis dan pada masa nifas ,
alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil . Disamping involusi ini , terjadi juga perubahan
penting lainnya yakni hemokonsistensi dan timbulnya kontraksi .
Hal yang terpenting juga dalam masa
nifas yaitu evaluasi terjadinya perdarahan, baik perdarahan primer maupun
perdarahan prifas sekunder , sebab perdarahan nifas bisa menyebabkan kematian
pada ibu post partum . Yang terpenting juga dalam masa nifas , yaitu laktasi
.Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mamae
untuk menghadapi masa laktasi . Tetapi seiring berjalannya waktu , banyak
ibu-ibu yang enggan menyusui banyinya dengan alasan bekerja atau dengan
menyusui dapat merubah bentuk payudara .
Dari fenomena diatas , penulis merasa
tertarik untuk memberikan Asuhan Kebidanan secara tepat , karena ibu-ibu dalam
masa nifas membutuhkan dukungan moral dan ibu bisa menjalani nifas dengan
normal agar terhindar dari infeksi maupun komplikasi-komplikasi dalam masa
nifas .
B . TUJUAN
§ Tujuan Umum
Memberikan asuhan
kebidanan secara tepat
§ Tujuan Khusus
a.
Memahami
Teori Masa Nifas .
b.
Melakukan
Pengkajian Pada Kasus Post Partum
c.
Mengidentifikasi
Diagnosa Pada / Masalah Kebidanan Berdasarkan data.
d.
Menentukan Kebutuhan Segera.
e.
Merencanakan
tindakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi
C . MANFAAT
§ Untuk Mahasiswa
Dengan adanya Asuhan Kebidanan
ini , diharapkan mahasiswa mampu menggali potensi dan meningkatkan ketrampilan
guna mencapai bidang profesional .
§ Untuk Petugas
Dengan adanya Asuhan Kebidanan ini , diharapkan petugas lebih cekatan dan profesional .
§ Untuk Klien
Dengan adanya Asuhan Kebidanan ini , diharapkan klien bisa lebih mengerti penjelasan
petugas.
BAB II
TINJUAN TEORI
A. KONSEP DASAR NIFAS FISIOLOGIS
1. Pengertian Nifas
-
Masa
nifas ( puerperium) adlah masa yang dimulai seterlah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat kandungan / alat
genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam 3 bulan (Ilmu
Kebidanan, 1999, 237 ).
-
Nifas
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu (Obstetri Fisiologi : hal 315).
-
Nifas
adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai, sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil lamanya 6 – 8 minggu.
2. Tujuan
Asuhan Masa Nifas
asuhan masa nifas diperlukan karena
merupakan masa kritis antara ibu dan bayinya, yaitu :
-
Menjaga
kesehatan ibu dan bayyinya baik fisik maupun psikis.
-
Melakukan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
-
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat.
3.
Pembagian Masa Nifas
nifas dibagi dalam 3 periode , yaitu :
1. Puerperium dini
Yaitu : kepulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam , dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium interval
Yaitu : kepulihan menyeluruh
alat-alat genetal yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Yaitu : waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat, sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan dan tahunan.
Ø Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan
fisiologis, yaitu :
-
Perubahan
fisik
-
Involusi
uterus dan pengeluran lochea
-
Laktasi
/ pengeluaranASI
-
Perubahan
sistem tubuh lainnya
-
Perubahan
psikis
4. Involusi Alat-Alat
Kandungan
a. Uterus : Secara berangsur-angsur menjadi
kecil ( involusi ) sehingga akhirnya kembali seperti keadaan semula
-
Tinggi
Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut masa involusi :
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan shymfisis-pusat
Tidak teraba di atas shymfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
|
1000 garam
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
b. Bekas implantasi uri : plecenta bed
mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum uteri dengan diameter 7,5 cm ,
2 minggu 3,5 cm , pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c. Luka-luka : pada jalan lahir bila tidak
terjadi akan sembuh 6-7 hari.
d. Rasa sakit : yang disebut after pains (
merian atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4
hari pasca persalinan perlu diberikan pengertia pada ibu mengenai hal ini dan
bila terlalu menggangu dapat deberikan obat-obat anti sakit da anti mules.
e. Lochea : cairan secret yang berasal dari
cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
-
Lochea
Rubra ( Cruenta) : waktu keluarnya selama 2 hari posr partum. Konsistensi cair,
warna merah, baunya biasanya / khas, berisi darah segar, dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
-
Lochea
Sanguinolenta : waktu keluarnya hari ke 3-7 post partum, konsistensi lebih
kental dan bercampur lendir, warnanya coklat, baunya biasa dan khas.
-
Lochea
Serosa : waktu keluarnya hari 7-14 post partum konsistensi cair dan tidak
bercampur darah, warnya kuning, baunya khas atau biasa.
-
Lochea
Alba : waktu keluarnya saat setelah 2 minggu, cairannya putih karena banyak
leukosit terspat di dalamnya.
-
Lochea
Purulenta : keluarnya jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah, berbau
busuk, warna kehijau-hijauan.
-
Lochrositosis
: lochea tidak lancar keluarnya.
f. Serviks : setelah persalinan, bentuk
serviks agak mengangah seperti corong berwarna merah kehitaman, konsisternsinya
lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil, setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
da setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari..
g. Ligamen-ligamen : ligamen-ligamen dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir,
setelah berangsur-angsur ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi reterofleksi, karena ligamen rotundum menjadi
kendur setelah melahirkan. Kebiasaan wanita Indonesia berkeruk / berurut dimana
saat dikeruk tekanan infra abdomen bertambah tinggi, karena setelah melahirkan
ligamenta fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor. Jika dilakukan keruk /
urut. Banyak wanita ”kandungannya turun”
atau terballik untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan
gimnastik pasca persalinan.
h.
Saluran
kencing :
- dinding kandung kemih memperlihatkan oedem
dan hyperaemia.
- Kadang-kadang oedem dari triganum
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga retensio urine.
- Kandung kemih dalam puerperium kurang
sensitif dan kapasitas bertambah sehingga kandung kemih atau terjadi urine
residu.
- Urine residu dan trauma pada dinding
kandung kemih pada waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
- Dilatasi ureter dan penyelum,normal
kembali dalam waktu 2 minggu.
5. Perawatan Pasca Persalinan
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin
, tidur terlentang , sekma 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring
untuk mencegah trombosisdan trombo emboli, lalu duduk-duduk, jalan-jalan,
aktifitas ini tergantung pada komplikasi persalinan , nifas dan sembuhnya luka.
b. Diet
Makanan harus bergizi , cukup
kalori dan yang mengandung protein ,
banyak cairan yang di butuhkan 2,5 L / hari , konsumsi sayuran , buah-buahan.
c. Eliminasi BAK dan BAB
Beberapa wanita mengalami
kesulitan BAB dan BAK pada hari pertama setelah melahirkan. Untuk BAK, ibu
nifas harus berusaha kencing sendiri, setelah 2 jam post partum, bila tidak
bisa dengan alami, dan kandung kemih penuh sebaiknya dilakukan keterisasi. BAB
harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila masih sulit BAB dan terjadi
obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan laxan per oral atau per rektal.
Jika masih belum bisa dilakukan huknah.
d. Perawatan Payudara ( mamae )
Perawatan mamae dilakukan /
telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak kering,
sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal laktasi harus
dihentikan dengan cara :
- pembalutan mamae sampai tertekan
- pemberian obat estrogen untuk
supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel.
Dianjurkan seklai supaya ibu
menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
e. Senam Masa Nifas
Berupa gerakan-gerakan yang
berguna untuk mengencangkan otot-otot abdomen rahim yang sudah menjadi longgar
akibat melahirkan.
f. Laktasi
Fisiologi laktasi
Isapan bayi pada puting
Impuls saraf efferent
Stimulasi pada hipotalamus
Stimulasi hipofise anterior Stimulasi hipofise posterior
Pengeluaran prolaktin Pengeluaran oksitosin
Merangsang air susu kontraksi
otot polos yang ada
di tingkat alveoli di dalam dinding alveolus dan
di
dinding saluran sehingga
ASI
di pompa keluar
Makin sering
menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik, sehingga kemungkinan
terjadi bendungan susu makin kecil.
Proses Laktasi
Ø Pemeriksaan Pasca Persalinan
-
Pemeriksaan Umum: tekanan darah, nadi, keluhan, dsb
-
Keadaan Umum : suhu badan, selera makan, lain-lain
-
Payudara : ASI, puting susu
-
Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum
-
Sekret yng keluar, misalnya: lochea, flour albus
- Keadaan alat-alat kandungan.
g.
Nasehat Untuk Post Natal.
- Sebaiknya bayi disusui
- Untuk
kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk mengatur jumlah
anak.
- Fisioterapi Post natal sangat baik bila di
berikan .
- Bawalah Bayi Anda untuk memperoleh
Imunisasi.
6. Tanda Dan Bahaya Masa Nifas
- Perdarahan Yang hebat dan tiba-tiba
meningkat dari vulva
- Pengeluaran dari Vagina Yang berbau
busuk.
- Rasa nyeri di bagian bawah Abdomen .
- Sakit kepala terus-menerus, nyeri
eprgastrium, pembengkakan di tangan.
- Demam, Muntah, Sulit BAB.
- Payudara tampak merah, panas, dan nyeri.
- Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu
lama.
- Rasa nyeri dan bengkak pada kaki.
- Merasa sangat letih dan sesak nafas.
7. Tingkatan Psikologis Ibu
Post Partum
Tahap
I : Taking In
-
Periode
ketegangan yang berlangsung hari ke 1-2 setelah melahirkan
-
Fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
-
Ibu
mudah tersinggung → menjadi pasik terhalang lingkungan.
-
Seiring
menceritakan pengalaman melahirkannya secara berulang-ulang.
Tahap II : Taking Hold
-
Terjadi
pada hari ke 3-hari ke 10, merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa
tanggung jawab dalam merawat Banyinya .
-
Perasaanya
sangat sensitif, mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
-
Memerlukan
dukungan yang lebih dari suami dan keluarga untuk menerima penyuluhan dalam
merawat diri dan banyinya.
Tahap III : Letting go
-
Menerima
tanggung jawab dan peran barunya menjadi ibu. Terjadi setelah 10 hari pasca
persalinan.
-
Sudah
mulai menyesuaikan diri ketergantungan bayinya.
-
Mempunyai
keinginan untuk merawat diri dan bayinya sendiri.
8. Kunjungan Nifas Memenuhi
Kebijakan Pemerintah
a. Kunjungan I → 6-8 jam setelah melahirkan
-
mencegah
perdarahan karena antonia uteri
-
mendeteksi
penyebab lain perdarahan, rujuk bila berlanjut
-
memberi
konseling pada ibu dan keluarga bagaiman mencegah perdarahan
-
pemberian
ASI awal
-
melakukan
hubungan antara ibu dan bayi
-
menjaga
bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
-
bila
petugas kesehatan yang menolong persalinan, harus tinggal dengan ibu 2 jam
pertama sampai ibu stabil
b. Kunjungan II → 6 hari setelah persalinan
-
Memastikan
involusi berjalan dengan normal
-
Menilai
adanya tanda-tanda infeksi
-
Memastikan
ibu menyusui dengan baik
-
Membrikan
konseling KB mandiri
-
Memastikan
ibu cukup cairan, makanan dan istirahat.
c. Kunjungan III → 2 minggu setelah
persalinan
-
Memastikan
involusi berjalan dengan normal
-
Menilai
adanya tanda-tanda infeksi
-
Memastikan
ibu menyusui dengan baik
-
Membrikan
konseling KB mandiri
-
Memastikan
ibu cukup cairan, makanan dan istirahat.
d. Kunjungan IV → 6 minggu setelah persalinan
-
Menanyakan
kepada ibu tentang penyulit yang dialami
-
Meberikan
konseling KB secara dini.
TINJAUAN PUSTAKA
RETENSIO URIN
A. DEFINISI
Retensio urin adalah
ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara spontan. Gejala yang
ada meliputi tidak adanya mkemampuan sensasi untuk mengosongkan kandung kemih
ketika buang air kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih sama
sekali. Retensio urin dapat terjadi secara akut maupun kronik.
Retensio urin akut dapat
didefinisakan sebagai rasa nyeri mendadak yang timbul akibat tidak bisa
berkemih selama 24 jam, membutuhkan pertolongan kateter dengan reduksi urin
keluar kurang 50% dari kapasitas sistometer.
Retensio urin kronik lebih
sulit untuk didefinisikan. Kandung kemih yang normal kosong secara sempurna,
pada retensio urin kronik terjadi kegagalan pengosongan kandung kemih.
Menurut Stanto, retensio
urin adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan
kateter, karena tidak dapat mengeluarkan urin lebih dari 50% kapasitas kandung
kemih pada saat berkemih. Biasanya berkemih spontan harus sudah terlaksana
dalam 6 jam sesudah meahirkan. Apabila setelah 6 jam pasien tidak dapat
berkemih dinamakan retensio urin post partum.
B. ISIDENSI
Insiden retensio akut pada
wanita sekitar 0,07% per 1000 populasi wanita, dimana lebih dari setengahnya
terjadi setelah pembedahan atau post dupartum. Penelitian di Amerika tahun 1991
mencatat kejadian retensio urin post partum 1,7% sampai 17,9% Yip dkk tahun
1997 mencatat kejadian retensio urin post partum di laporkan 14,8% dan 25,7%.
Dalam kemampuan berkemih pasca oprasi, retensio urin dialami oleh 15,0%
penderita mengalami histerektomi vaginalais, dibandingkan 4,8% pasca
histerektomi total abdominalis, sedangkan penderita yang menjalani histerektomi
vaginalis dengan kolporafia 29% mengalami retensio urin.
C. ETIOLOGI
Secara umum, retensio urin
post partum dapat disebakan oleh trauma intra partum, reflek kejang sfingter
uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu dalam posisi tidur terlentang,
peradangan, psikogenik dan umur yang tua.
D. PATOFISIOLOGI
Kegagalan pengosongan
kandung kemih disebabkan oleh karena menurunnya kontraktilitas kandung kemih,
meningkatnya tahanan keluar, atau keduanya. Kontraktilitas otot kandung kemih
dihasilkan karena adanya perubahan sementara atau permanen mekanisme
neuomuskular yang diperlukan untuk menimbulkan dan mempertahankan kontraksi
detrusor normal atau bisa karena mekanisme refleks sekunder terhadap rangsang
nyeri khususnsiya di area pelvis dan perineum. Penyebab non neurogenik termasuk
kerusakan fungsi otot kandung kemih yang bisa disebabkan karena peregangan
berlebih, infeksi atau fibrosis.
Pada keadaan post partum,
kapasitas kandung kemih meningkat, tonus menurun, kurang sensitif terhadap
tekanan intra vesikal, serta capatnya pengisisan kandung kemih karena
penggunaan oksitosin yang anti diuretik, menyebabkan peregangan kandung kemih
secara berlebihan. Kapasitas kandung kemih bertahan sekitar 200 cc.
Retensio urin post partum
dapat terjadi akibat edema periurethra, laserari obstetrik, atau desensitifitas
vesika urinaria oleh anestesi epidural. Pada persalinan dengan tindakan bedah
obsteri sering di jumpai retensio urin post partum. Luka pada daerah perineum
yang luas, hematoma, trauma saluran kemih bagian bawah, dan rasa sakit akan
mengakibatkan retensio uri. Rasa nyeri yang hebat pada perlukaan jalan lahir
akan mengakibatkan otot dasar panggul mengadakan kontraksi juga sfingter uretra
eksterna sehingga pasien tidak sadar menahan proses berkemih.
Edema uretra dan trigonum
yang disertai ekstravasasi darah di sub mukosa dinding kandung kemih
menyebabkan retensio urin. Hal ini bisa disebabkan karena penekanan kepala
janin pada dasarpanggul terutama partus kala II yang terlalu lama. Lama
persalinan lebih dari atau sama dengan 800 menit berhubungan dengan retensio
urin post partum. Hal lain yang menjadi penyebab edema uretra dan trigonom
adalah trauma kateteritasi yang berulang-ulang dan kasar, dan infeksi saluran
kemih yang akan menimbulkan kontraksi otot detrusor yang tidak adekuat.
Pemakaian anastesi dan analgesik pada persalinan seksio sesaria dapat
menyebabkan terganggunya kontrol persyarafan kandung kemih dan uretra.
E. DIAGNOSA
Diagnosa retensio post
partum umumnya mudah ditegakkan dari
anamnesis. Sesuai dengan definisinya yaitu ketidak mampuan berkemih secara
spontan dalam 24 jam post partum dengan atau tanpa rasa nyeri di suprasimpisis
atau keinginan berkemih dengan atau tanpa disertai kegelisaan tapi tidak dapat
berkemih secara sepontan sehingga memerlukan upaya untuk mengatasi gangguan.
Pemeriksaan klinik pada
pasien dengan retensio urin akan memberikan informasi adanya massa yang keras
atau tidak keras pada sekitar pelvis dengan perkusi yang pekak. Vesika urinaria
mungkin dapat teraba transabdominal jika isinya berkisar antara 150-300cc.
Pemeriksaan bimanual biasanya dapat meraba vesika urinaria bila terisi lebih
dari 200 cc.
Pemeriksaan spesimen urin
porsi tengah dilakukan secara mikroskopik, kultur dan sensitifitas, mengingat
infeksi traktus urinarius dapat mengakibatkan retensio urin akut. Infeksi
traktus urinarius yang berulang dapat merupakan komplikasi dari gangguan miksi
yang lama dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan manajemen aktif
guna menghindari kerusakan lebih lanjut pada traktus urinarius bagian atas.
Pemeriksaan uroflowmetri
merupakan pemeriksaan myang paling simpel untuk melihat adanya gangguan miksi.
Pada pasien normal akan terlihat gambaran seperti bel dengan flow rate>15-20 cc/detik untuk volume
urin paling sedikit 150 cc. Pada pasien dengan gangguan miksi terdapat
penurunan peak flow rate dan
pemanjangan waktu miksi.
Residu urin adalah sisa
volume urin dalam kandung kemih setelah penderita berkemih setelah penderita
berkemih spontan. Pada pasien post partum spontan dan seksio sesarea, setelah
kateter di lepas, bila setelah 4 jam tidak dapat berkemih spontan,dilakukan
pengukuran volume residu urin, retensio urin terjadi bila volume residu >
200 cc
Pemeriksaan lain yang
dapat dilakukan :
-
Cytometri/video
cystourethrography
-
Cystourethroscopy
-
Urethral
pressure profilemetry
-
Single fibre
EMG
F.
PENATALAKSANAAN
Terapi yang tepat untuk
pasien dengan retensio urin akut tidak hanya untuk mengurangi gejala tetapi
juga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada fungsi vesika urinaria.
Peregangan yang berlebihan pada vesika urinaria dapat menyebabkan dilatasi dari
traktus urogenitalia bagian atas yang selanjutnya dapat mempengaruhi fungsi
ginjal. Karena itu tujuan utama kasus ini adalah membuat drainase vesika
urinaria. Tindakan drainase mungkin dapat diawali dengan pemasangan kateter
transurethral. Kateter harus ditinggalkan sampai pasien bisa buang air kecil
spontan. Pada beberapa pasien dengan retensio urin akut mungkin hanya
membutuhkan pemasangan kateter satu kali, tetapi pada pasien lain (khususnya
post oprasi) membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama.
Untuk menghilangkan gejala
overdistensi vesika urinaria biasanya kateter dipasang dan ditinggal selama
paling sedikit 24 jam untuk mengosongkan vesika urinaria. Jika kateter sudah
dilepas harus segera di nilai apakah pasien sudah buang air kecil secara
spontan. Bila pasien tidak bisa buang air kecil secara spontan setelah 4 jam,
kateter harus dipasang kembali dan volume residu urin harus di ukur. Apabila
volume residu urin > 200 cc atau 100 cc pada post operasi ginekologi,
kateter harus di pasang kembali.
Pada retensio urin digunakan
obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraksi kandung kemih dan yang menurunkan
resistensi uretra.
1. Obat yang kerjanya di sistem saraf parasimpatis
Biasanya digunakan obat kolinergik,
yaitu obat-obatan yang kerjanya menyerupai asetilkolin. Asetilkolin sendiri
tidak digunakan dalam klinik mengingat efeknya difus/non spesifik dan sangat
cepat dimetabolisir sehingga eeknya sangat pendek. Obat kolinergik bekerja di
ganglion atau di organ akhir (end organ) tetapi lebih banyak di sinaps organ
akhir, yaitu yang disebut dengan efek muskarinik. Obat – obatan tersebut antara
lain : betenekhol, karbakhol, metakholin dan furtretonium.
2. Obat yang bekerja pada sistem saraf simpatis
Obat yang menghambat (antagonis)
reseptor ẞ diperlukan untuk menimbulkan kontraksi kandung kemih, sedangkan obat
antagonis α di pergunakan untuk menimbulkan relaksasi uretra. Yang telah
digunakan secara klinis adalah antagonis α, yaitu fenoksibemzamin. Penghambat
reseptor ẞ belum tersedia penggunaannya dalam klinik.
3. Obat yang bekerja langsung pada otot polos
Beberapa obat yang telah di coba
adalah : barium klorida, histamin, ergotamin dan polipeptida aktif, akan tetapi
belum dapat digunakan secara klinis karena efeknya tidak spesifik.
Prostagladin telah
terbukti dapat mempengaruhi kerja otot-otot detrusor. Desmond menyatakan bahwa
pengaruh prostaglandin terhadap kandung kemih adalah meningkatkan sensitifitas
kandung kemih, meningkatkan tonus dan kontraktilitas otot detrusor, dan juga
dapat dipergunakan untuk mengembalikan otot-otot ini jika terganggu
kemampuannya dalam menaggapi stimulusi berkemih normal.
Di Subbagian
Uroginekkologi SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unlam/RSUD Ulin Banjarmasin,
penatalaksanaan pasien dengan retensio urin post partum di bagi berdasarkan
jumlah volume urin yang retensi pada saat pasien datang di RS yaitu di bawah
500 ml antara 500-1000 ml dan lebih dari 2000 ml. Lama pemasangan kateter
menetap terbuka adalah 1x24 jam pada volume urin 500-1000 ml, 2x24 jam pada
volume urin 1000-2000 ml dan 3x24 jam pada volume urin lebih dari 2000 ml. Bila
volume urin kurang dari 500 ml dilakukan kateter intermetten setiap 6 jam.
Selama pemasanggan kateter
menetap ini pasien disuruh minum
banyakkurang dari 3000 ml selama 24 jam, mobilisasi dan di periksa urinalisis.
Selanjutnya di lakukan kateter buka tutup tiap 6 jam kecuali jika ada perasaan
Pasien ingin berkemih kateter dibuka. Apabila tidak ada rasa ingin berkemih
selama 6 jam maka keteter di buka dan di ukur volumenya. Proses buka tutup
kateter ini dilakukan selama 24 jam dan
pasien tetap minum banyakberkisar 3000 ml/24 jam. Setelah itu kateter di lepas
dan pasien inum biasa 50-100 ml/jam. Diharapkan dalam waktu 6 jam pasien dapat
berkemih sponta. Bila tidak bisa pasien dikateter intemitten untuk mengetahui
volume urin sisa. Bila volume urin sisa kurang dari 200 ml pasien boleh pulang.
Tetapi apabila volume urin sisa lebih dari 200 ml dan kurang dari 500 ml maka
dilakukan katetrisasi intermitten pasien disuruh minum biasa (50-100 ml/jam).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Van der
Linden EF. Acute Urinary in women (comment). Ned Tjidschr Geneeskd. 1998, 142
(28) : 1603-6
2.
Saultz J.W. postpatum urinary retention. Abstracs T
Am Board mFAm Pract 1991, 4(5) 341-4
3.
Yip SK.
Urinary retention in the postpartum period. The Relationship betwwen obstetric
factor and post partum residual bladder volume. Abstrak Acta Obtet Gynecol
Scand 1997; 76 : 667-72
4.
Mutia PE.
Kapasitas kandung kemih post partum (tesis). Jakarta, 1996
5.
Pribakti B.
Retensio Urin Kronik Post Partum. Laporan Kasus, Medika No.11, November
2003:731-5
6.
Susilawati
ID. Diagnosis dan Penatalaksanaan Retensio Urin. Makalah Ilmih, Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK UI, Jakarta, 2001
- Wiknjosastro, Hanifa. 1994. Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta
- Obstetric Fisiologi bagian obstetric
dan Ginekolog FK UNPAD: Bandung
- Mochtar, Rustam, Prof. Dr. MPH. 1998.
Sinopsis
Obstetri. EGC: Jakarta
- Sifudin, prof. dr. Abdul Bari, SpOG.
MPH. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2001. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Pra Wiharjo
- Munuaba, Prof. dr. Ida Bagus Gede,
SpOG. Ilm Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. 1988. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
Ny “Y” Post Partum (VE)
Hati Ke-16 Dengan Retensio Urin
Di Ruang Melati RSUD Jomabang
Di Ruang Melati RSUD Jomabang
No. Reg : 14.68.84
Ruangan : Pav. Melati
Tgl Pengkajian : 6-11-2012
Tgl MRS : 2-11-2012
A.
SUBYEKTIF
1.
Identitas Pasien
Nama pasien : Ny “Y”
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kesamben
No. Register : 14.68.84
MRS Tanggal :
2-11-2012
|
Nama suami : Tn “ S”
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pegawai Pabrik
Alamat : Kesamben
|
2.
Status Perkawinan
Kawin ke : 1
Lama kawin : 9 Tahun
Umur kawin : 20 Tahun
3.
Keluhan Utama
Ibu
menggatakan cemas dengan keadaannya karena sampai saat ini masih terpasang
kateter di karenakan tidak bisa BAK secara spontan.
4.
Riwayat kebidanan
-
Riwayat Haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 hari/teratur
Lamanya : 7 Hari
Banyaknya : 1 kotek
Warna : hari ke1-4 warna kehitaman
3x ganti softek
Hari ke5-7warna
kekuningan 2x ganti softek
Bau : Anyir
Flour Albus : -
-
Riwayat kehamilan
Hamil ke II
ANC 14x pernah mendapatkan imunisasi TT 5x, keluahan dan terapi yang di dapat
selama kehamilan :
Trimester I : 4x keluhan tidak ada
Terapi : Fe,
Kalk
Trimester
II : 5x mkeluhan tidak ada
Terapi : fe, Kalk
Trimester
III : 5x keluhan mtidak ada
Terapi : fe kalk
-
Riwayat persalinan
Ibu
menggatakan rujukan dari bidan tanggal 29-10-2012 dengan kala II memanjang,
sampai di PONEK RSUD Jombang di lakukan tindakan VE. Bayi lahir tanggal 29-10
2012 keadaan bayi baik BB : 3600 gram PB : 50 cm komplikasi tidak ada, Plasenta
lahir spontan. Ibu di pindah di ruang melati dan boleh pulang selama 4 hari di
rumah ibu menggatakan tidak bisa BAK, badannya lemas dan panas. Tanggal
2-11-2012 hari ke 12 masa nifas ibu di rujuk oleh bidan dengan diagnosa
sementara retensio urin sampai di RSUD Jombang di ruang PONEK di pasang kateter
dan di kirim ke ruang Melati.
5.
Riwayat kesehatan
-
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu
menggatakan bahwa ibu tidak pernah sakit lalu masuk rumah sakit, ibu
menggatakan selama ini hanya sakit batuk, pilek, demam dan ibu tidak pernah
menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, Hepatitis ,TBC) penyakit menahun
seperti (jantung), penyakit menurun seperti (Hipertensi, kencing manis)
-
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu
menggatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti (HIV/AIDS,Hepatitis,TBC) Penyakit menurun seperti (Hipertensi Kencing
manis) Penyakit menahun seperti (Jnatung)
6.
Riwayat KB
Ibu
mengatakan sebelum persalinan ini menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3
bulan selama 7 tahun dan berhenti untuk mendapatkan anak yang ke 2 ini sesuai
program / sesuai yang di rencanakan. Tidak ada keluhan selama menggunakan alat
kontrasepsi KB suntik 3 bulan ini. Riwayat KB yang akan datang ibu menggatakan
akan mengunakan alat kontrasepsi KB suntik.
7.
Keadaan Psikologi
Ibu cemas
karana jauh dari anaknya yang sekarang ada di rumah, dan ibu cemas dengan
keadaannya sekarang karena masih belum bisa BAK secara spontan masih dengan
bantuan kateter.
8.
Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu dan
suami sama-sama dari suku jawa, bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah
bahasa jawa. Hubungan ibu dan suami serta keluarga baik-baik saja hal ini
terbukti saat ibu dalam masa perawatan suami dan keluarga menungu pasien dan
melayani kebutuhannya. Dalam keluarga tidak ada pantangan dalam hal
mengkonsumsi makanan dan ibu mengatakan tidak pernah minum jamu.
9.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.
Pola Nutrisi
-
Sebelum hamil : makan 2x/hari denag porsi sedang
Menu :
nasi, sayur dan lauk
Minum : 5-7
gelas air putih / hari
-
Saat hamil : makan :3-4
x/hari dengan porsi sedang menu : nasi, sayur dan lauk
Minum : 6-9 gelas air putih / hari
-
Saat MRS : pasien sudah poleh
makan dengan menu : nasi, ikan sayu dan buah. Minum 600 ml
b. Pola
Aktivitas
-
Sebelum hamil : ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah seperti
memasak, menyapu, mencuci baju
-
Saat hamil : ibu hanya
melakukan pekerjaan ringan seperti menyapu dan memasak.
-
Saat MRS : ibu hanya melakukan
aktivitas ringan seperti miring kanan
kiri, duduk dan jalan
c. Pola
Eliminasi
-
BAB : sebelum hamil : 2x/hari konsistensi lembek
Saat hamil :1x/hari
konsistensi lembek kadang keras
Saat MRS : 1x/hari konsistensi lembek
-
BAK : Sebelum hamil : 4-5 x/hari warna kuning jernih bau khas.
Saat hamil : 5-9 x/hari
warna kuning jernih dan bau khas
Saat MRS : terpasang dower
kateter urin tampung 250 cc dalam 4 jam.
d. Pola
Istirahat dan Tidur
-
Sebelum hamil dan saat hamil
Tidur malam : lamanya 8-9 jam/hari (dari jam 21.00 s/d 05.00 WIB)
Tidur siang : lamanya 2 jam/hari (dari jam 13.00 s/d 15.00)
-
Saat MRS :
Ibu
mengatakan susah tidur selama perawatan, ibu hanya tidur 3-4 jam saja (ketika
malam) 1-2 jam (tidur siang)
e. Pola
Hidup Bersih dan Sehat
-
Sebelum dan saat hamil :
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Ganti baju : 2x/hari
Keramas : 2x/hari
-
Saat MRS : ibu hanya diseka air 2x/hari dan belumb bisa untuk keramas.
f. Pola
Tata Nilai dan Kepercayaan
Ibu dan
keluarga kepercayaanya yang di anut adalah Agama Isla, adat dan kebiasaan
dilingkungan, keluarga dan rumah masih mengikuti adat jawa.
B. OBJEKTIF
1.
Pemeriksaan Umum
kesadaran : composmentis
keadaan umum : cukup
BB/TB : 60 kg/ 149 cm
TTV : TD : 120/70 mmHg
N :
80x/menit
S : 36,5 0c
RR :
24x/menit
Kontraksi : baik, keras
TFU : pertengahan pusat simpisis
Lochea : sanguiolenta
Terpasang dower kateter denagn
urin tampung 250 cc / 4 jam
Odema kaki kanan kiri
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi
Kepala :
simetris, rambut lurus, hitam, kulit kepala bersih.
Muka :
simetris tidak pucat tidak edema
Mata :
simetris conjungtiva merah mudah seklera putih
Hidung : simetris, bersih tidak ada polip, tidak tampak adanya sekret,
tidak tampak nafas cuping hidung.
Telingga : tidak ada serumen, simetris
Leher : simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jagularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dada
Mamae : simetris tampak adanya hiperpigmentasi areola puting susu
menonjol tidak ada bekas lecet dan keluar ASI
Abdomen : tidak ada bekas luka oprasi tidak ada infeksi pada perut
Genetalia : tampak terpasang dower kateter, tampak pengeluaran lochea
sanguiolenta tidak tampak varises dan odema rambut pubis sedikit.
Anus : tidak tampak adanya hemoroid
Ekstermitas :
Atas :simetris tidak ada varises tidak ada odema gerakan aktif , trpasang infus pada tangan
kiri
Bawah : simetris tidak ada varises, tampak odem kanan kiri
b.
Palpasi
Kepala :
tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan
Leher : tidak teraba adanya benjola, tidak teraba adanya perbesaran
kelenjar tiroid dan bendungan vena jagularis.
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Mamae : tidak teraba adanya masa tidak ada nyeri tekan ASI sudah keluar.
Abdomen : TFU pertengahan pusat simpisis kontraksi uterus baik.
Ekstremitas:
Atas : tidak ada
odema
Bawah : odem kaki +/+
c.
Auskultasi
Dada :
tidak ada whezing dan ronchi
Jantung :
tidak terdengar adanya bunyi mur-mur jantung
Abdomen :
terdengar bising usus
d.
Perkusi
Reflek
patela : positif/pisitif
3.
Pemeriksaan Penunjang
Tgl :
08-11-2012
|
Hasil
|
Normal
|
Hematologi
Cell DYN
Hemoglobin
Leokosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
Urinalisis
PH
Protein
Glukosa
Bilirubin
Urobilin
Sedimen
Leokosit
Eritrosit
Silinder
Epitel
Kristal
Lain-lain
|
10,6
9.700
33,9
4.130.000
274.000
7
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
5-6
-
-
1-3
-
-
|
11,4-17,7 g/dl
4700-10300 /cmm
37-48 %
L4,5-5,5 ; P4-5 jt/ul
150000-350000 cmm
5,5 – 7
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
-
1-2 /LP
-
-
|
C.
ASSASMENT
DX : Ny “Y” P20002 post partum (VE) hari Ke-16 denagn
retensio urin
DS : Ibu mengatakan ini merupakan persalinan yang ke II dengan VE dan
sampai saat ini masih merasa cemas dengan keadaannya yang masih belum bisa BAK
secara sepontan.
DO :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,5 0 c
Kontraksi : Baik
TFU : pertengahan pusat simpisis
Lochea : sanguiolenta
Fluxus : -
Terpasang dower
kateter denagn urin tampung 250 cc/4 jam
Odem tungkai
kanan/kiri
Masala :
-
Cemas karena adanya retensio urin
-
Resiko bendungan asi
Kebutuhan :
-
Observasi (TTV, perdarahan, urin tampung, kontraksi)
-
Mobilisasi
-
Diet TKTP
-
Kolaborasi denganteam medis
-
Bledder training
-
Perawatan payudara ( cara memerah asi)
D.
PENATALAKSANAAN
1.
Tgl : 6-11-2012 jam :
20.00
Melakukan
pendekatan terapeutik dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
menanyakan data ibu, menjelaskan kepada ibu tentang yang akan di lakukan dan
tujuanya, menanyakan kepada ibu tentang keluhan yang di rasakan saat ini.
Respon :
ibu mengungkapkan segala apa yang di rasakan/ keluhannya dan ibu merasa lega
karena merasa di perhatikan oleh petugas kesehatan.
2.
Tgl : 6-11-2012 jam :
20.00
Melakukan
observasi TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36,5 0 c
TFU : pertengahan pusat simpisis
Lochea : sanguiolenta.
Fluxsus : -
Kontraksi :
baik
Bendungan
ASI : -
Terpasang
dower kateter dengan urin tampung 250 cc/4 jam
Odema kaki
kanan/kiri
Respon : ibu bersedia untuk dilakukan observasi diatas dan menanyakan
hasilnya dalam keadaan normal atau tidak.
3.
Tgl : 6-11-2012 jam :
20.00
Melakukan
kolaborasi dengan team medis untuk pemeberian terapi dan obat-obatan,
diantaranya terapi yang di berikan adalah :
Injeksi ceftriaxon :
jam 20.00
Oral : nonflamin : jam 22.00
Oral : asam mefenamat : jam 22.00
Respon :
ibu meminum obat-obat yang diberikan tepat waktu
4.
Tgl : 6-11-2012 jam :
20.05
Menjelaskan
kepada ibu tentang hal-hal penting yang terjadi pada masa nifas diantaranya
adalah terjadinya involusi yaitu penggembalian alat-alat reproduksi seperti
kekeadaan sebelum hamil, keluar darah yang di sebit lochea dan menyusui.
Respon :
ibu memperhatikan penjelasan yang di berikan petugas mkesehatan dan mengerti
apa yang di jelaskan.
5.
Tgl : 6-11-2012 jam :
20.10
Menjelaskan
kepada ibu tentang personal hygine seperti cebok dengan menggunakan sabun.
Respon :
ibu mengerti apa yang telah di jelaskan oleh petugas kesehatan
6.
Tgl : 6-11-2012 jam :
20.15
Menjelaskan
kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi pada masa nifas yaitu makan dengan menu
seimbang, tidak boleh tarak, diet TKTP, minum air minimal 8 gelas / hari
Respon : ibu bertanya tentang diet TKTP dan ibu mengerti apa yang di
jelaskan oleh petugas kesehatan
7.
Tgl : 6-11-2012 jam :
21.00
Memberikan
ibu kesempatan untuk istirahat
Respon :
ibu istirahat
8.
Tgl : 6-11-2012 jam :
22.00
Melakukan
bleeder training ( buka tutup kateter setiap 4 jam )
Jam : 22.00 di buka
02.00 di tutup
06.00 di buka
Respon : ibu menanyakan kenapa di lakukan tidakan buka tutup kateter dan
ibu mengerti penjelasan dari petugas kesehatan.
9.
Tgl : 7-11-2012 jam
:08.00
Kolaborasi
dengan team rehabilitasi untuk melakukan fisioterapi (sinar)
Respon :
ibu mengikuti perawatan yang di berikan.
10.
Tgl : 7-11-2012 jam
:09.00
Mengajari
ibu untuk melakukan senam kegel
Respon : ibu mengikuti gerakan senam yang di contohkan oleh petugas
kesehatan.
11.
Tgl : 7-11-2012 jam
:10.00
Mengajari
ibu untuk memerah ASI dan menjelaskan cara menyimpan ASI
Respon : ibu mengerti dan mempraktekkan
nya langsung
CATATAN PERKEMBANGAN
1. Tanggal : 07-11-2012 jam : 13.00
S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara
sepontan)
O : TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36.8 0 c
RR : 24 x/menit
Keadaan umum : baik
Fluxsus : -
Odem kaki kakan/kiri
Tidak ada bendungan ASI
Terpasang dower kateter urin tampung 200 cc/4 jam
A : Ny “Y” P20002 hari ke 17 dengan retensio urin
tidak terjadi bendungan ASI
P : Terapi :
Nonflamin 3x1
Asam mefenamat 3x1
Fe 1x1
Diet TKTP
Lepas kateter
Fisioterapi
Observasi TTV
Mengajari senam kegel
2. Tanggal : 08-11-2012 jam : 08.00
S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara
sepontan)
O : TTV : TD : 120/90 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36.6 0 c
RR : 24 x/menit
Keadaan umum : baik
Fluxsus : -
Odem kaki kakan/kiri
Tidak ada bendungan ASI
Dower kateter terpasang
lagi
A : Ny “Y” P20002 hari ke 18 dengan retensio urin
tidak terjadi bendungan ASI
P : Terapi :
Nonflamin 3x1
Asam mefenamat 3x1
Fe 1x1
Diet TKTP
Bleeder training
Personal hygine
Fisioterapi
Observasi TTV
Mengajari senam kegel
3. Tanggal : 09-11-2012 jam : 08.00
S: ibu mengatakan tidak ada keluhan ( tidak bisa BAK secara
sepontan)
O : TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36 0 c
RR : 24 x/menit
Keadaan umum : baik
Fluxsus : -
Odem kaki kakan/kiri
Tidak ada bendungan ASI
Terpasang Dower kateter
A : Ny “Y” P20002 hari ke 19 dengan retensio urin
tidak terjadi bendungan ASI
P : kolaborasi dengan team reahbilitasi untuk fisioterapi
(sinar)
Boleh pulang dengan membawa kateter
3 hari lagi kontrol ke reahabilitasi tanggal 12-11-2012
hari senin
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa nifas adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali
seperti prahamil lamanya 6 – 8 minggu.
Pada masa nifas banyak sekali
terjadi perubahan pada diri ibu, perubahan mencakup fisiologis dan psikologis,
perubahan tersebut akan berjalan baik – baik saja secara normal tanpa
komplikasi bila respon ibu itu sendiri juga baik sehingga suatu keadaan
tergantung pada individu sendiri. Jika seorang ibu pada masa nifas respon
kurang baik juga kebiasaan kurang sehat, masa nifas tidak akan berjalan normal.
Setelah penulis mempelajari
beberapa teori yang ada serta melaksanakan pengkajian dan pemeriksaan pada ibu
nifas Ny. ”N”, pada ibu nifas Ny. ”N” P20002 Post sctio Caesarea
dengan SVH+USO hari ke-2 di pavilyun Melati RSUD Jombang maka dapat kami
simpulkan bahwa perawatan yang di berikan Ny. ”N” telah sesaat dengan teori
yang ada. Karena perawatan ibu nifas mengutamakan kondisi ibu agar selalu baik,
serta di harapkan Ny. ”N” melewati masa nifas secara normal tanpa komplikasi.
- SARAN
Ø Bagi Petugas Kesehatan
-
Mampu
memberikan asuhan secara menyeluruh
-
Mampu
menurunkan angka kematian ibu
Ø Bagi Institusi
-
Dapat
menambah pengetahuan dan mengembangkan inspirasi pembaca
-
Dapat menjadi
dokumentasi bagi penulis
-
Untuk mahasiswa
Ø Mahasiswa hendaknya selalu
berusaha memberikan asuhan kebidanan yang baik bagi klien dan keluarga dalam
upaya meningkatkan SDM menuju bidan professional.
ASUHAN KEBIDANAN
Ny “Y” Post Partum (VE)
Hati Ke-16 Dengan Retensio Urin
Di Ruang Melati RSUD Jomabang
Di Ruang Melati RSUD Jomabang
Oleh :
NOVI KHOIROTUN
NISAK
NIM : 7210043
PRODI D
III KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar