BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
terbukti paling cost effective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak
tahun 1956. Dengan program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar
sejak tahun 1974. Selain itu dengan telah diperluasnya program imunisasi
menjadi Program Pengembangan Imunisasi sejak tahun 1977, berbagai PD3I sudah
dapat ditekan.
Upaya imunisasi perlu ditingkatkan untuk mencapai tingkat
population immunity (kekebalan masyarakat) yang tingi sehingga PD3I dapat
dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.
Tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Campak, Polio dan Hepatitis B. Dengaupaya tahun 1995, tidak ditemukan lagi
virus polio liar yang berasal dari Indonesia (indigenous). Hal ini sejalan
dengan upaya dunia untuk membasmi polio di dunia dengan Program Eradikasi Polio
(ERAPO).
Berdasarkan revolusi sidang World Healthy Assembly pada tahun
1992. Maka pada tahun 1992 WHO merekomendasikan pemberian imunisasi Hepatitis B
bagi semua bayi didaerah endemis tertinggi. Pada tahun 1997 WHO
merekomendasikan agar imunisasi Hepatitis B diintegrasikan ke dalam program
imunisasi rutin.
Virus Hepatitis B (HBV) merupakan penyebab utama dari Hepatitis
kronik dan akut maupun kanker hati. Penyebaran penyakit universal dengan
tingkat endemisitas yang tinggi di RRC, Asia Tenggara, Sub Sahara afrika,
Lembah amazon dan sebagian pulau di Pasifik.di daerah ini 5-30 % penduduk
menderita penyakit kronik dan mengidap virus dalam tubuhnya (carrier) dimana
hampir seluruhnya mengalami infeksi pada saat lahir atau berusia balita.
Dalam multi years plan 2002-2007 program imunisasi telah
digariskan bahwa kegiatan program imunisasi perlu diarahkan untuk efektivitas,
efisiensi serta kualitas pelaksanaan seperti tela diketahui pencegahan
Hepatitis B yang efektif di Indonesia adalah dengan memberikan dosis pertama
usia 0-7 hari karena tinginya angka transmisi Hepatitis B secara vertikal di
Indonesia.
Berkat kemajuan teknologi pembuatan vaksin, telah dimunkinkan
vaksin DPT dan Hepatitis B dikombinasikan dalam satu preparat tunggal (DPT/Hb
Combo). Berdasarkan hasil penelitian dengan berbagai dosis dan berdasarkan
rekomendasi dari para ahli dipilah kombinasi DPTdenga dosis Hepatitis B 5 ug
(DPT/Hb 5 Combo). Dengan adanya pemberian DPT Hb Combo tersebut pemberian
imunisasi menjadi lebih sederhana dan menghasilkan tingkat cakupan yang setara
antara Hb dan DPT. (Universitas Sumatra Utara 2004)
Di dalam rencana jangka panjang program imunisasi untuk tahun
2002-2006 Multi Years Plan ditetapakan bahwa introduksi vaksin DPT/Hb akan
dimulai implementasi dalam program imunisasi secara bertahap. Tahapan tersebut
dimulai dari pada tahun 2004 yang mencakup ± 20 % dari jumlah sasaran, pada
tahun 2005 mencakup 50 % dari jumlah sasaran dan untuk tahun 2006 diharapakan
telah mencapai 100 %. Tahap awal dimulai pada bulan September 2004 di tiga
provinsi dengan infrastruktur yang lebih berpengalaman yaitu Jawa Timur, NTB,
DIY dan Bangka Belitung yang mempunyai nilai historis yaitu daerah pilot
project dimulainya imunisasi pada tahun 1973.
BAB II
LANDASAN TEORI
IMUNISASI
A. PENGERTIAN
Imunisasi
adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit
tertentu. (Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, 1998 : 47)
Imunisasi
adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia terhadap
penyakit tertentu. (Kebidanan Komunitas : 164)
B. JENIS-JENIS
KEKEBALAN
1. Kekebalan
aktif
Adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap
suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Kekebalan
aktif dibagi dalam 2 jenis antara lain :
- Aktif
alamiah
Dimana tubuh
anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami / sembuh dari suatu penyakit.
- Aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi)
2.
Kekebalan pasif
Adalah tubuh anak tidak membuat zat anti bodi sendiri tetapi kekebalan
tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak, sehingga proses
cepat tetapi tidak bertahan lama. Kekebalan pasif dibagi dalam 2 jenis antara
lain :
- Pasif
alamiah atau pasif bawaan
Yaitu
kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak
berlangsung lama (kira-kira hanya sekitar 5 bulan setelah bayi lahir, misalnya
difteri, morbili dan tetanus.
- Pasif buatan
Kekebalan
ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak. Misalnya pemberian
vaksinasi ATS (Anti Tetanus Serum)
(Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, 1998 :
47-48)
C. Tujuan
Tujuan dari
pemberian imunisasi adalah ;
1.
Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
2.
Apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah
3.
Mencegah geja;a yang dapat menyebabkan cacat dan
kematian
(Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga : 48)
D. Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD31)
-
Jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD31) adalah :
a. Difteri
b. Pertusis
c. Tetanus
d. Tuberkulosis
e. Campak
f. Poliomielitis
g. Hepatitis B
-
Gejala penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD31)
1. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri “corynebacterium
diphterine” Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala
awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan.
Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil.
Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat
kematian.
2. Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri “Bordetella Pertusis). Penyebab
pertusis adalah melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari
batuk atau bersin.
Gejala penyakit ini adalah pilek, mata merah, bersin demam, dan batuk
ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil
yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah “Pneumonia Bacterialis” yang
dapat menyebabkan kematian.
3. Tetenus
Adalah penyebab yang disebabkan oleh “Clostridium tetani” yang menghasilkan
neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui
kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku
otot pada rahang disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat dan demam.
Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sneking) antara 3-28 hari
setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi
kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan
infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
4. Tuberkulosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh “Mycobacterium Tuberculosa” (disebut
juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan, lewat bersin atau
batuk, gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam
dan keluar keringat pada malam. Gejala selanjutnya adalah batuk terus-menerus,
nyeri dada dan (mungkin) batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang
diserang. Tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.
5. Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mixovirus viri dae maesles.
Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari
penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek
konjungtivis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.
Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi
saluran nafas (pneumania)
6. Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari
tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.
Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang
menderita lumpuh layu akut (acute flakid paralysis = AFP)
Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang
terkontaminasi. Kumpulan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan
terjadi pada minggu pertama sakit. Kemudian bisa terjadi karena kelumpuhan
otot-otot pernafasan terinfeksi.
7. Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit adalah secara horizontal
yaitu dari darah dan melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan secara
vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan.
Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada dalah
merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urin menjadi kuning,
kotoran menjadi pucat, warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan pengerasan hati, kanker hati
dan menimbulkan kematian.
(Pelatihan safe injection, unicef. 2005 : 2-3)
E. Klasifikasi
Vaksin
Vaksin adalah kuman atau racun kuman
yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi / anak yang disebut antigen. (Asuhan
Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga : 47)
Jenis vaksin yang digunakan di Indonesia banyak
macamnya pada dasarnya vaksin dibuat dari :
a. Vaksin dari
kuman hidup yang dilemahkan seperti :
1.
Virus campak dalam vaksin campak
2.
Virus polio dalam jenis sabin pada vaksin polio
3.
Kuman TBC dalam vaksin BCG
b. Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti
1.
Bakteri pertusis dalam DPT
2.
Virus polio jenis salk dalam vaksin polio
c. Vaksin dari racun / toksin kuman
yang dilemahkan :
1.
Racun kuman seperti toxoid (++) diptheria toxoid dalam
DPT
d. Vaksin yang terbuat dari protein
khusus kuman :
1.
Vaksin yang dibuat dari protein seperti Hepatitis B.
Untuk
menggunakan vaksin, beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
a.
Persyaratan pemberian vaksin
1.
Pada bayi dan anak yang sehat
2.
Pada bayi yang sedang sakit
- Sakit keras
- Dalam masa tunas suatu
penyakit
- Definisi immunologi
3. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari
es dan belum lewat masa berlakunya.
4.
Memberikan imunisasi dengan teknik yang tepat
5. Mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat
umur dan jenis imunisasi yang diterima
6.
Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan
7.
Memperhatikan dosis yang akan diberikan
Cara pengambilan vaksin dan penyuntikannya,
pengambilan vaksin harus hati-hati dengan cara sebagai berikut :
1. Bagian tengah tutup botol metal dibuka
sehingga kelihatan karet
2.
Tutup karet didesinfeksi dengan desinfektan
3. Ambil jarum yang steril dengan spuitnya
untuk menghisap vaksin ke dalam spuit
4. Kulit yang akan disuntik didesinfektan,
kemudian dibersihkan dengan kapas air hangat baru dilakukan penyuntikan
(Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, 1993 :
48-49)
F. Jenis dan
Sifat Vaksin
- Penggolongan
vaksin
Vaksin dapat
digolongkan menurut sensitivitas terhadap suhu. Ada 2 golongan, yaitu :
a.
Vaksin yang sensitif terhadap beku (freeze sensitive :
FS) yaitu : vaksin DPT, DT, TT, Hepatitis B dan DPT – HB
b.
Vaksin yang sensitif terhadap panas (Heat Sensitive:
HS) yaitu : Vaksin campak, polio dan BCG
- Jenis-jenis
vaksin
Vaksin-vaksin
yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia adalah :
a.
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
-
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis
-
Cara pemberian dan dosis :
1.
Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
2.
Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali
3.
Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan
atas (Insertio Muslulus Deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml
4.
Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum
lewat 3 jam
-
Kontra Indikasi
1.
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun, seperti :
eksim, furunkulosis dan sebagainya.
2.
Mereka yang sedang menderita TBC
-
Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam.
Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang
berubah menjadi postula, kemudian pecah menjadi luka, luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut,
kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa
padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak
memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
b.
Vaksin DPT
-
Diskripsi Vaksin jerap DPT (dipteri, pertusis,
tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetenus yang
dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah dinaktivasi.
-
Indikasi Untuk pemberian kekebalan secara simultan
terhadapdifteri, pertusis dan tetanus
-
Cara pemberian dan dosis
1.
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen
2.
Disuntikan secara intramuskuler dengan pemberian 0,5
ml sebanyak 3 dosis
3.
Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis
selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
-
Kontra indikasi
Gejala-gejala
keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan
pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis. Anak yang mengalami
gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan
pada dosis kedua dan meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT
-
Efek samping
Gejala-gejala
yang bersifat sementara seperti : lemas, demam, kemerahan pada tempat
penyuntikan, kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi,
iritabilitas dan merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
c.
Vaksin TT
-
Diskripsi
Vaksin jerap
TT (Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml. Vaksin mengandung potensi
sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi. (Vademeeum Bio
Karma, Januari 2002)
-
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tetanus
-
Cara pemberian dan dosis
1.
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen
2.
Untuk mencegah tetanus / tetanus neonatal terdiri dari
2 dosis primer yang disuntikan secara intra muskuler atau subkutan dalam dengan
dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga
setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus
pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan
kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga
dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan pada periode trimester pertama.
-
Kontra indikas : Gejala-gejala beratkarena dosis
pertama TT
-
Efek samping Efek samping jarang terjadi dan bersifat
ringan, gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang
bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam.
d.
Vaksin DT
-
Diskipsi :Vaksin jerap DT (Difteri dan Tetanus) adalah
vaksin yang mengandung loxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan. (Vademacum
Bio farma, Januari 20020)
-
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap
difteri dan tetanus
-
Cara pemberian dan dosis
Sebelum
digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen, Disuntikkan
secara IM atau SC dalam dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak di bawah 8
tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin TD
-
Kontra indikasi : Gejala-gejala berat karena dosis
pertama DT
-
Efek samping : Gejala-gejala seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang
gejala demam
e.
Vaksin polio
-
Diskripsi : Vaksin oral polio hidup adalah vaksin
polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3
(strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal keras
dan distabilkan dengan sukrosa.
-
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomielitis
-
Cara pemberian dan dosis
1.
Diberikan secara oral (melalui mulut) 1 dosis adalah 2
tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu
2.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru
-
Kontra indikasi : Pada individu yang menderita “immune
deficiency” tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio
pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan misalnya sedang menderita
diare, maka ulangan dapat diberikan setelah sembuha.
-
Efek samping : Pada
umumnya tidak terdapat efek samping, efek samping berupa poralisis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000 ;
Bull WHO 66 : 1988)
f.
Vaksin campak
-
Diskrips : Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup
yang dilemahkan, setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000
infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu
kanamycin (vademeceum biofarma, Januari 2002)
-
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit campak
-
Cara pemberian dan dosis :
1.
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu
harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml
cairan pelarut
2.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan
pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan dan ulangan (booster) pada usia 6-7
tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign campak pada anak sekolah dasar
kelas 5-6.
-
Kontra indikasi : Individu yang mengidap penyakit
immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun
karena leukemia, limfoma
-
Efek samping
Hingga 15%
px dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi
8-12 hari setelah vaksinasi.
g.
Vaksin hepatitis B
-
Diskripsi : Adalah vaksin virus recombinan yang telah
diinaktifasikan dan bersifat non-infeclous, berasal dari HBs Ag yang dihasilkan
dalam sel ragi (hansenula Polymerpha) menggunakan teknologi DNA recombinan
(Vademecum bio farma, Jan 2002)
-
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B
-
Cara pemberian dan dosis
1.
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen
2.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah)
HB PID, pemberian suntikan secara IM sebaiknya pada anterolateral paha
3.
Pemberian sebanyak 3 dosis
4.
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dosis
berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan)
-
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap komponen
vaksin sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada pasien penderita infeksi berat yang disertai kejang.
-
Efek samping : Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Jadwal Pemberian Imunisasi
Vaksin
|
Pemberian imunisasi
|
Selang waktu Pemb.
|
Umur
|
Keterangan
|
BCG
DDT
Polio
Campak
Hep. B
|
1 x
3 x (DDT 1,2,3)
4 x (Pol 1,2,3,4)
1 x
3 x (hep. 1,2,3)
|
-
4 minggu
4 minggu
-
4 minggu
|
0 – 11 bln
2 – 11 bln
0 – 11 bln
9 – 11 bln
0 – 11 bln
|
Untuk bayi
yang lahir di rumah sakit/puskesmas HB, BCG dan polio dapat segera diberikan
|
(Modul latihan petugas imunisasi, edisi 7, 2000.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Def
Kes dan Kesehatan Sosial R.I Jakarta : 13)
Alternatif I
Umur
|
Antigen
|
0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
|
HB I, BCG, Polio 1
HB 2, DPT, polio 2
HB 3, DPT 2, polio 3
DPT 3, polio 4
Campak
|
Alternatif II
Umur
|
Antigen
|
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
|
BCG, Polio I, DPT I
HB I, Polio 2, DPT 2
HB 2, Polio 3, DPT 3
HB 3, Polio 4, Campak
|
BAB
III
ASUHAN
KEBIDANAN
PADA
BAYI “S” UMUR 3 BULAN 1 MINGGU
DENGAN
IMUNISASI POLIO II DAN DPT HB COMBO I
I.
SUBYEKTIF
A. IDENTITAS BALITA
Nama Anak : An.”S”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir/Umur : 27-8-2012 3 bulan 1 minggu
Agama : Islam
Anak ke : V (LIMA)
Alamat : Plemahan - sumobito
B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama ibu : Tn.”M”
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : tani
Alamat : Plemahan-sumobito
|
Nama Ayah : Ny.”M”
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Alamat : Plemahan-sumobito
|
C. Alasan Kunjungan Saat Ini
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan
anaknya sesuai jadwal yang ditentukan pada hari sekarang yakni DPT Hb Combo 1
dan Polio 2.
D. Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan datang ke posyandu “
sedap malam “ untk mengimunisasikan DPT Hb Combo dan Polio, saat ini bayinya
telah berumur 3 bulan 1 minggu dalam keadaan sehat, tidak menderita sakit
apapun misalnya batuk, pilek, panas dan tidak memiliki kejang sebelumnya.
b.
Riwayat
kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan bahwa bayinya tdak pernah
dirawat dirumah sakit sejak lahir.
c.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga
tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti asma, jantung, kencing manis
dan penyakit menular seperti demam berdarah, TBC, Hepatitis.
1)
Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Hamil
ke-
|
UK
|
Persalinan
|
Bayi
|
Nifas
|
||||
Jenis
|
Penolong
|
Tempat
|
BB/PP
|
Seks
|
Keadaan
|
Laktasi
|
||
1
|
38
|
SPT
|
BIDAN
|
BPM
|
2700/50
|
P
|
NORMAL
|
ASI
|
2
|
38
|
SPT
|
BIDAN
|
BPM
|
2800/49
|
L
|
NORMAL
|
ASI
|
3
|
38
|
SPT
|
BIDAN
|
BPM
|
2800/50
|
L
|
NORMAL
|
ASI
|
4
|
ABORTUS
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
38
|
SPT
|
BIDAN
|
BPM
|
3360/50
|
L
|
NORMAL
|
ASI
|
2)
Riwayat
Imunisasi
Jenis Imunisasi
|
Tanggal Pemberian
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Hb Uniject
BCG
DPT Hb Combo
Polio
Campak
|
30-08-2012
08-10-2012
04-12-2012
08-10-2012
|
04-12-2012
|
|
|
3)
Pola
Aktifitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan bayinya mendapat ASI Eksklusif
sampai sekarang (umur 3 bulan 1 minggu). Bayi diberikan ASI Eksklusif setiap
bayi menangis/haus dan setiap 2 jam sekali pada siang hari serta 3 jam sekali
pada malam hari.
b. Pola Istirahat
Ibu mengatakan bayinya :
« Tidur Siang : Pukul 08.00-10.00 WIB (2
jam)
Pukul 12.00-15.00 WIB (3 jam)
Pukul 16.30-18.30 WIB (2 jam)
« Tidur Malam : Pukul 20.30-04.30 WIB (8
jam)
Kadang terbangun bila lapar, BAB dan BAK.
c. Pola Eliminasi
«
BAB : 2x/hari
Wana kuning, konsistensi lunak, bau
khas, tidak ada keluhan.
«
BAK : 9-10x/hari
Warna kuning, jernih, bau khas, tidak
ada keluhan.
d. Pola Personal Hygiene
Ibu mengatakan bahwa bayinya :
« Mandi 2x/hari (pagi dan sore).
« Keramas 1x/hari (setiap sore).
« Ganti baju 2x/hari (setiap selesai
mandi/setiap pakaian basah dan kotor karena BAB dan BAK).
« Potong kuku 1x/minggu.
e. Pola Aktifitas
Ibu mengatakan bahwa bayinya bergerak
aktif, menangis setiap lapar, BAB dan BAK serta tertawa dan merespon saat
diajak bicara/bermain.
4)
Riwayat
Tumbuh Kembang
a.
Pertumbuhan
« BB saat lahir : 3360 gram
« BB umur 1 bulan : 4000 gram
« BB umur 2 bulan : 5300 gram
« BB umur 3 bulan : 6300 gram
b.
Perkembangan
« Motorik kasar : Tengkurap, mengangkat
kepala.
« Motorik halus : Kepala menoleh ke kiri
dan ke kanan.
« Bahasa : Merespon terhadap suara (tertawa, teriak).
« Psikososial : Melihat dan menutup
wajah.
Mulai mengenal ibunya (keluarga).
II.
DATA OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan
Umum
§ Kesadaran Umum : Baik
§ Kesadaran :
Composmetis
§ BB :
6300 gram
§ PB :
61 cm
§ LD :
42 cm
§ LK :
36 cm
§ Tanda- tanda Vital :
1.
Nadi : 112 x/menit
2.
Suhu : 36,9° C
3.
RR : 42 x/menit
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
« Kepala : Bentuk kepala bulat,
Simetris, Rambut lurus, hitam, pendek, Tidak ada benjolan, Kulit kepala bersih
« Mata : Simetris, Konjungtiva
merah muda, Pupil +, Kornea jernih, Skelera
putih, Tidak ada strabismus
« Muka : Bentuk muka oval, Simetris,
tidak pucat.
« Hidung : Simetris dan tidak ada sekret, Hygiene hidung baik, Tidak
adanya polip
« Mulut dan gigi : Simetris, Bibir lembab, Tidak stomatitis, Tidak
ada labio khisis, Tidak ada palato khisis, Gigi belum tumbuh
« Telinga : Bentuk telinga normal dan simetris, Tidak ada serumen, Hygine
telinga baik
« Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe
« Dada : Tidak ada tarikan
dinding dada, Tidak ada benjolan/luka
« Abdomen : Simetris, Tidak ada pembesaran abdomen
« Anus : Bersih, Tidak ada
atresia ani
« Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, Belum tumbuh rambut penis, 2
Testis turun dalam skrotum, Tidak ada
pembengkakan pada glands dan batang penis, Belum tampak preputium karena belum
dikhitan
« Muskuloskletal : Normal, Tidak ada kelainan/patah tulang
« Kulit : Warna kemerahan, Tidak
ada bekas luka
« Eksteremitas atas :
Simetris, Tidak ada kelainan gerak, Tidak ada oedem, Gerak aktif
« Ekremitas bawah :
Simetris, Tidak ada kelainan gerak, Tidak ada oedem, Gerak aktif
b.
Auskultasi
« Dada : *Jantung : Normal
*Paru-paru : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
« Abdomen : Bising usus normal
c.
Perkusi
« Abdomen : Timpani
d.
Palpasi
« Kepala : Tidak ada benjolan, Tidak ada nyeri tekan
« Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe, Tidak ada nyeri tekan
« Dada : Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada benjolan
« Abdomen : Tidak ada
pembesaran hepar (hematospenomegali)
III.
ASSASMENT
1.
Diagnosa : By.”T
” umur 3 bulan 1 minggu dengan imunisasi polio II dan DPT Hb I.
Do : -Keadaan umum : Baik
-Kesadaran : Composmetis
-Tanda-tanda
vital :
·
Nadi : 112x/menit
·
Suhu : 36,9°C
·
RR : 42x/menit
BB :
6300 gram
PB :
61 cm
LD :
42 cm
LK : 36 cm
2.
Masalah : -
3.
Kebutuhan
Ø
Konseling
efek imunisasi
Ø
Konseling
terapi obat
IV.
PENATALAKSANAAN
1.
Melakukan
Pendekatan Terapeuitik Dengan Komunikasi Kepada Ibu Dan Keluarga Sehingga
Terjalin Kerjasama Yang Baik.
Respon : klien dan keluarga koperatif
2.
Menjelaskan
Hasil Pemeriksaan Yang Telah Dilakukan Kepada Ibu Dan Keluarga,
Nadi :112x/menit
Suhu : 36,9°C
RR : 42x/menit
|
BB : 6300 gram
PB : 61
cm
LD : 42
cm
LK : 42
cm :
42 cmLK : 36 c
|
Respon : ibu mengerti dan mengetahui keadaan bayi nya saat ini
3.
Menjelaskan
Kepada Ibu Mengenai Imunisasi Polio Dan Imunisasi DPT Hb Combo.
·
Manfaat : 1)
Mencegah penyakit polio
2) Mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus
·
Cara
pemberian : 1) Melalui mulut
dengan tetes
2)
Melalui paha luar dengan IM
·
Dosis : 1) 2 tetes untuk polio
2)
0,5 cc untuk HB combo dan DPT
·
Umur
pemberian : 1) 1-9 bulan polio
2)
2-9 bulan HB combo dan DPT
·
Selang
waktu : 1)
4 minggu
2)
4 minggu
·
Sebanyak : 1)
4 kali
2)
3kali
·
Efek
samping : 1)
Tidak ada efek samping
2)
Panas
Respon : ibu mengerti penjelasan yang di
berikan oleh petugas kesehatan dan faham atas efek samping yang akan terjadi
setelah imunisasi.
4. Melakukan Persetujuan Kepada Ibu Dan
Keluarga Agar Mengizinkan Untuk Dilakukan Imunisasi Polio Dan DPT Hb Combo
Respon :
ibu menyetujui anaknya untuk dilakukan imunisasi polio dan HB combo
5. Melakukan persiapan dan perasat
imunisasi
*Imunisasi DPT Hb Combo
Ambil spuit dan vial vaksin DPT Hb Combo, kemudian ambil vaksin
dengan dosis 0,5 cc. Anjurkan ibu untuk menidurkan bayinya dengan posisi yang
nyaman. Kemudian anjurkan ibu untuk memegangi anaknya agar saat penyuntikan
tidak bergerak. Kemudian ambil spuit dan kapas yang beralkohol kemudian
suntikkan pada paha luar kanan dengan cara IM.
*Imunisasi Polio
Ambil vaksin, kemudian anjurkan ibu untuk mengatur atau digendong
bayinya dengan posisi yang nyaman sehingga pemberian polio dapat dilakukan
dengan tepat. Dengan dosis 2 tetes melalui mulut.
Respon : ibu menggendong bayinya dengan
nyaman, bayi menangis pada saat pemberian imunisasi baik polio dan HB Combo
6. Memberikan obat antipiuretik untuk
mencegah efek panas yang ditimbulkan dari suntikan DPT Hb Combo. Paracetamol
dengan aturan 3 x ½.
Respon :ibu mengerti dan mau memberikan
obatnya sesuai instruksi petugas kesehatan.
7. Menganjurkan ibu untuk membawa kembali
bayinya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi campak pada usia genap 9 bulan.
Respon :
ibu mengerti.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Pada
By.”T” Umur 3 Bulan 1 Minggu Dengan Imunisasi Polio 2 Dan
DPT Hb Combo 1 Di Posyandu Sedap Malam I
Di Plemahan Sumobito Jombang pada tanggal 4-12-2012 diperoleh data :
v
Dalam
pengkajian kasus Pada By.”T” Umur 3 Bulan 1 Minggu Dengan Imunisasi Polio 2 Dan
DPT Hb Combo 1 Di Posyandu Sedap Malam I Jombang didapatkan data subyektif dan
obyektif melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang digunakan untuk
merumuskan diagnosa dan masalah.
v
Dalam
pengkajian kasus Pada By.”T” Umur 3
Bulan 1 Minggu Dengan Imunisasi Polio 2
Dan DPT Hb Combo 1 Di Posyandu Sedap Malam I Jombang lakukan pendekatan pada
klien dan keluarga. Memberitahu kepada ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat
dengan hasil pemeriksaan:
-Keadaan umum : Baik
-Kesadaran : Composmetis
-Tanda-tanda
vital :
·
Nadi : 112x/menit
·
Suhu : 36,9°C
·
RR : 42x/menit
BB :
6300 gram
PB :
61 cm
LD :
42 cm
LK : 36 cm
v
Telah
dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan teori.
B.
Saran
Ü
Bagi
Mahasiswa
Sebagai pelaksana untuk memberikan Asuhan Kebidanan hendaknya
mahasiswa terus menambah pengetahuan dan pengalaman serta mengembangkan
ketrampilan sehingga mampu memberikan asuhan kebidana secara optimal.
Ü
Bagi
Lahan Praktek
Dalam mencapai tingkat kesehatan diperlukan tempat memadai atas
sarana dan prasarana yang lengkap sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat
dengan mengutamakan profesionalisme.
Ü
Bagi
Institusi
Sebaiknya lebih banyak menyediakan literatur, agar penyusun asuhan
kebidanan lebih mudah dan dalam menyelesaikan tugasnya.
Ü
Bagi
Klien
Agar mereka mengetahui masalah apa saja yang berkaitan dengan
jenis, cara kerja, efektifitasnya dan keuntungan dari imunisasi Polio dan DPT Hb
Conbo sehingga mudah bekerjasama dengan mengatasi setiap permasalahn yang
mungkin terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Recommended
immunization schedules for children and adolescents--United States, 2008. Pediatrics . Jadwal imunisasi yang direkomendasikan untuk anak-anak dan remaja
- Amerika, 2008. United Pediatrics. 2008;121(1):219-220.
2008; 121 (1) :219-220.
Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit. Recommended adult immunization
schedule---United States, 2009. MMWR. January 9, 2009;57(53);Q1-Q4.
Fitur dewasa jadwal imunisasi --- Amerika Serikat, 2009;. 2009 MMWR. 9
Jan, 57 (53); Q1-Q4.
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktik klinik kebidanan ini yang
berjudul : “ Asuhan Kebidanan Pada By ‘T’ Umur 5 Hari Dengan Ikterus Neonatorum
Di Ruang Anggrek RSUD Jombang”.
Dalam penyusunan Asuhan Kebidanan
ini, tidal lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bpk.
dr. H. M. Zulfikar As’ad, MMR selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang,
2. Ibu
Hj. Sabrina Dwi Prihartini, SKM selaku kaprodi DIII Kebidanan FIK Universitas
Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.
3. Ibu
Suyati M.kes. selaku pembimbing akademik DIII Kebidanan UNPDU Jombang.
4. Ibu
Hj. Eni Susilowati Amd.Keb, Selaku Pembimbing Ruangan BPM
5. Semua
pihak yang telah membantu dan mendukung kami baik secara langung maupun tidak.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengahrap kritik dan saran guna
perbaikan laporan Asuhan Kebidanan ini.
Semoga
Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya danpenulisnya
khususnya.
Jombang, 16
Desember 2012
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI “S” UMUR 3
BULAN 1 MINGGU
DENGAN IMUNISASI POLIO
II DAN DPT HB COMBO I
DI BPM Hj. ENI
SUSILOWATI Amd.Keb
PLEMAHAN-SUMOBITO JOMBANG
Disusun Oleh :
NOVI KHOIROTUN NISAK
7210043
PRODI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar