Jumat, 11 Januari 2013

ASKEB IKTERUS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktik klinik kebidanan ini yang berjudul : “ Asuhan Kebidanan Pada By ‘T’ Umur 5 Hari Dengan Ikterus Neonatorum Di Ruang Anggrek RSUD Jombang”.
            Dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini, tidal lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bpk. dr. H. M. Zulfikar As’ad, MMR selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang,
2.      Ibu Hj. Sabrina Dwi Prihartini, SKM selaku kaprodi DIII Kebidanan FIK Universitas Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.
3.      Ibu Dian Puspita Y, M.kes. selaku pembimbing akademik DIII Kebidanan UNPDU Jombang.
4.      Ibu Tri Winarni, Amd.Kep selaku Kepala Ruangan Anggrek Di RSUD Jombang
5.      Ibu Miftakhul Janah, Amd.Kep, Selaku Pembimbing Ruangan Melati Di RSUD Jombang
6.      Semua pihak yang telah membantu dan mendukung kami baik secara langung maupun tidak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengahrap kritik dan saran guna perbaikan laporan Asuhan Kebidanan ini.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya danpenulisnya khususnya.


Jombang,  26 November  2012



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kesehatan bayi baru lahir kurang dari 1 bulan (neonatal) menjadi hal yang sangat penting karena akan menentukan apakah generasi kita yang akan datang dalam keadaan sehat dan berkualitas. Upaya untuk meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal menjadi sangat strategis bagi upaya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dari penurunan Angka Kematian Ibu  (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal).
Angka kematian bayi merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan masyarakat secara umum yang sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan di masyarakat, karena dapat dipandang sebagai output dari upaya peningkatan kesehatan secara keseluruhan. Penurunan AKB yang berdampak langsung terhadap meningkatnya usia harapan hidup merupakan kredit poin dalam menimbang keberhasilan pembangunan kesehatan.
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, AKI  sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/ 2003, AKI di Indonesia masih berada pada angka 307/ 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. AKB, khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20/ 1000 kelahiran hidup.
AKB di Jawa Barat disebabkan oleh penyebab langsung kematian bayi, yaitu : Asfiksia, komplikasi pada bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung mendasar yang mempengaruhi AKI dan AKB adalah faktor lingkungan, faktor genetik dan pelayanan kesehatan.
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah adalah ikterus neonatorum. Gejala ini sangat umum terjadi pada bayi baru lahir antara usia satu sampai tujuh hari. Bahkan ada sekitar 60% pada bayi yang lahir cukup bulan dan 80% pada bayi yang lahir kurang bulan.
Ikterik merupakan salah satu dari beberapa masalah yang sering timbul baik pada bayi baru lahir maupun pada bayi. Peran bidan dan masyarakat atau ibu adalah bagian penting dalam mengatasi masalah bayi, oleh karena bidan dan ibu harus dapat melakukan penanganan dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut, khususnya masalah neonatus dan bayi yang ikterus.






















BAB II
LANDASAN TEORI
BBL DENGAN IKTERUS NEONATORUM

A.      DEFINISI
Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pada kulit konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin. Gejala ini seringkali ditemukan terutama pada bayi kurang bulan atau yang menderita suatu penyakit yang bersifat sismetik.
(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)

B.       METABOLISME BILIRUBIN
1.      Produksi    : Sumbernya ialah produk degradasi hemoglobin, sebagian lain dari sumber lain.    
2.      Tranportasi: Bilirubin indirek dalam ikatannya dengan albumin diangkut ke hepar untuk diolah oleh sel hepar. Pengolahan dipengaruhi oleh protein Y.
3.      Konjugasi  : Dalam sel hepar bilirubin dikonjugasi menjadi bilirubin direk dengan pengaruh enzim glukuronil transferase, bilirubin direk diekskresi ke usus melalui duktus koledokus.
4.      Sirkulasi Enterohepatik     : Sebagian bilirubin direk diserap kembali kehepar dalam bentuk bilirubin indirek yang bebas. Penyerapan ini bertambah pada pemberian makanan yang lambat atau pada obstruksi usus.
(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)
C.     BILIRUBIN ADA DUA JENIS
1.      Bilirubin Indirek
a.       Yang belum dikonjugasi
b.      Larut dalam lemak sehingga mudah melekat pada sel otak dalam keadaan bebas
c.       Ekstresi pada janin melalui plasenta. Pada neonatus, dengan peoses konjugasi diubah menjadi bilirubin direk
2.      Bilirubin direk
a.                               Larut dalam air
b.                              Ekstresi melalui usus dan pada keadaan obstruksi melalui ginjal

Ikterus terjadi akibat penumpukan bilirubin karena :
1.      Produksi yang berlebihan, misalnya pada proses hernolisis
2.      Gangguan tranportasi, misalnya hipoalbuminemia pada bayi kurang bulan
3.      Gangguan pengolahan oleh hepar
4.      Gangguan fungsi hepar atau imaturitas hepar
5.      Gangguan ekskresi atau obstruksi
(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)

D.      HIPERBILIRUBINEMIA
a.       Suatu penumpukan bilirubin indirek yang mencapai suatu kadar tertentu yang mempunyai potensi menyebabkan kerusakan otot.
b.      Kadar yang paling rendah yang dapat menyebabkan kerusakan otak belum diketahui dengan pasti. Kejadian kernikterus pada umumnya terdapat pada kadar bilirubin lebih dari 20 mg %.
c.       Kadar bilirubin yang dapat disebut hiperbilirubinemia dapat berbeda-beda untuk setiap tempat. Harus diientifikasi sendiri. Di RSCM jakarta kadar itu ialah bilirubin indirek yang lebih dari 10 mg %.
Bahaya  Hiperbilirubinemia :
a.       Minimal     : Kelainan Kognitif
b.      Berat         : Kernikterus         kematian

E.       Pendekatan Untuk Mengetahui Penyebab Ikterus Pada Neonatus
Etiologi ikterus pada neonatus kadang-kadang sangat sulit untuk ditegakkan. Seringkali faktor etiologinya jarang berdiri sendiri. Untuk memudahkan maka dapat dipakai pendekatan tertentu dan yang mudah dipakai ialah menurut saat terjadinya ikterus :

I.          Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun  sebagai berikut :
1.                                  Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain
2.    Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, sifilis, dan kadang-kadang bakteria)
3.                                  Kadang-kadang oleh defisiensi enzim G6PD

Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah :
a.     Kadar bilirubin serum berkala
b.    Darah tepi lengkap
c.     Golongan darah ibu dan bayi
d.    Tes coombs
e.    Pemeriksaan strining defiensi enzim  G6PD, biarkan darah atau biopsi hepar bila perlu

II.       Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir. (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)
1.                                  Biasanya ikterus fisiologik
2.    Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg % per 24 jam
3.                                  Defiensi enzim G6PD atau enzim eritrosit lain, juga masih mungkin.
4.                                  Polisitemia
5.    Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subapeneurosis, perdarahan hepar, subkapsula dan lainnya).
6.                                  Hipoksia
7.                                  sfersitosis, eliptositosis dan lain-lain
8.                                  dehidrasi-asidosis

Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat :
a.     Pemeriksaan darah tepi
b.    Pemeriksaan darah bilirubin berkala
c.     Pemeriksaan skrining enzim G6PD
d.    Pemeriksaan lain-lain dilakukan bila perlu

III.        Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama. (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)
1.                                  Biasanya karena infeksi (sepsis)
2.                                  Dehidrasi dan asiolosis
3.                                  Defisiensi enzim G6PD
4.                                  pengaruh obat-obat
5.                                  Sindroma Criggler-najjar
6.                                  Sindroma Gilbert 

IV.    Ikterus yang timbul pada akhir mingu pertama dan selanjutnya. (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)
1.                                  Biasanya karena ikterus obstruktif
2.                                  Hipotiroidisme
3.                                  “ Breast milk jaundice”
4.                                  Infeksi
5.                                  Hepatitis neonatal
6.                                  Galaktosemia
7.                                  Lain-lain

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan :
a.     Pemeriksaan bilirubin berkala
b.    Pemeriksaan darah tepi
c.     Skrining enzim G6PD
d.    Biarkan darah, biopsi hepar bila ada indikasi
e.     Pemeriksaan lain-lain yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab

F.        PENATALAKSANAAN (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia)
1.      Ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologik ialah :
a.       Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
b.      Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 10 mg % pada bayi cukup bulan dan 12,5 % pada bayi kurang bulan
c.       Ikterus dengan peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg % per hari
d.      Ikterus yang sudah menetap sesudah 1 minggu pertama
e.       Kadar bilirubin direk melebhi 1 mg %
f.       Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan patalogik lain yang telah diketahui
2.      Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
a.       pengawasan antenatal yang baik
b.      Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi, pada masa kehamilan dan kelahiran misalnya : Sulfafurazol, oksitosin dan lain-lain
c.       Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
d.      Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
e.       Iluminasi yang baik bangsal bayi baru lahir
f.       Pemberian makanan yang dini
g.      Pencegahan infeksi
3.      Mengatasi Hiperbilirubinemia
  1. mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital. Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat. Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti, mungkin lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu ± 2 hari sebelum kelahiran bayi.
  2. Memberikan substrat yang kurang untuk tranportasi atau konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk meningkatkan bilirubin bebas. Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 30 ml/kg BB. Pemberian glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai sumber energi.
  3. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat menurunkan kadar bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian fototerapi tidak dapat menggantikan tranfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca tranfusi tukar alat fototerapi dapat dibuat sendiri.
4.      Pengobatan Umum
Pengobatan terhadap etiologi atau faktor-faktor penyebab bagaimana mungkin dan perwatan yang baik. Hal-hal lain perlu diperhatikan ialah : Pemberian makanan yang dini dengan cairan dan kalori cukup dan iluminasi (penerangan) kamar dan bangsal bayi yang baik.
5.      Tindak lanjut
Sebagai akibat hiperbilirubinemia perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut   ini :
a.     Evaluasi berkala pertumbuhan dan perkembangan
b.    Evaluasi berkala pendengaran
c.     Fisioterapi dan rehabilitas bila terdapat gejala sisa
Alat yang digunakan
            Lampu Fluoresensi sebanyak 10 buah @20 watt dengan gelombang sekitar 425-475 nm. Jarak antara sumber cahaya dan bayi sekitar 18 inci. Diantara sumber cahaya dan bayi ditempatkan kaca pleksi 200-400 jam penyinaran, kemudian harus diganti.
Lampu Fluoresensi yang dapat dipakai ialah :
a.       “Cool White”
b.      “day Light”
c.       “Vita-Kite”
d.      “Blue”
e.       “Special Blue”

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1.      Menghilangkan Anemia
2.      Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3.      Meningkatkan Badan Serum Albumin
4.      Menurunkan Serum Bilirubin
            Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
Fototherapi
            Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
            Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
            Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa  ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
Tranfusi  Pengganti
            Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1.      Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2.      Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3.      Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4.      Tes Coombs Positif
5.      Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6.      Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7.      Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8.      Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9.      Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1.      Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2.      Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3.      Menghilangkan Serum Bilirubin
4.      Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin
            Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
Therapi Obat
            Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
5.      Menghilangkan Anemia
6.      Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
7.      Meningkatkan Badan Serum Albumin
8.      Menurunkan Serum Bilirubin
Derajat pada neonatus menurut KRAMER
Zona
Bagian tubuh yang kuning
Rata-rata serum indirek (umol / l)
1
2
3
4
5
Kepala dan leher
Pusat dan leher
Pusat dan paha
Lengan + tungkai
Tangan + kaki
100
150
200
250
>250

Tatalaksana ikterus pada neonatus sehat cukup bulan berdasarkan bilirubin indirek (mg / dl)
Usia (jam)
Pertimbangkan terapi sinar
Terapi sinar
Tranfusi tukar bila terapi sinar intensif gagal
Tranfusi tukar dan terapi sinar intesif
<24
25-48
49-72
>72
>11,8
>15,3
>17
>15,3
>18,2
>20
>20
>25,3
>25,3
>25,3
>30
>30

G.      Batasan – batasan
1.      Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut  (Hanifa, 1987): 
·         Timbul pada hari kedua-ketiga
·         Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
·         Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
·         Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
·         Ikterus hilang pada 10 hari pertama
·         Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2.      Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia  bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3.      Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

H.      Patofisiologi Hiperbilirubinemia
            Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
            Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
            Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari  20 mg/dl.
            Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.  Bilirubin  Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi  terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
I.         Etiologi
  1. Peningkatan produksi :
·         Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian  golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
·         Pendarahan tertutup  misalnya pada trauma kelahiran.
·         Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan  metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
·         Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
·         Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).
·         Kurangnya  Enzim Glukoronil  Transeferase , sehingga  kadar Bilirubin Indirek  meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
·         Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
  1. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan  misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
  2. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme  atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati  dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
  3. Gangguan ekskresi  yang terjadi intra atau ekstra Hepatik. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif








BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS NEONATORUM TERHADAP BAYI Ny. “T” DI RUANG ANGGREK RSUD
JOMBANG

I.       SUBYEKTIF
Tanggal Masuk      : 16-11-2012
Tanggal Pengkajian : 21-11-2012
No. Rekam Medik            : 14-94-63
A.                          Identitas
Nama bayi       : Bayi Ny. T
Jenis Kelamin  : Perempuan
Tanggal lahir   : 16-11-2012
Jam                  : 13.55 WIB
Anak ke           : Satu
Alamat                        : Sumberjo-plandaan
Nama Ibu        : Ny. T
Umur               : 35 tahun
Pendidikan      : SMP
Agama             : Islam
Pekerjaan         : TANI
Alamat                        :Sumberjo plandaan
Nama Ayah     : Tn S.
Umur               : 30 tahun
Pendidikan      : SMP
Agama             : Islam
Pekerjaan         : TANI
Alamat                        :Sumberjo-plandaan

B.                           Keluhan utama 
Bayi umur 5 hari nampak kekuningan di seluruh tubuh facces lendir dan perut distendet.
C.  Riwayat Persalinan Sekarang
1.          Persalinan spontan pervaginam tanggal 16-11-2012  pukul 13.55 WIB. Jenis kelamin perempuan umur kehamilan 38-39 minggu obat yang di berikan selama persalinan piton
2.         Riwayat Post Partum
a. Keadaan umum ibu baik
b. TFU 2 jari dibawah pusat
c. Lochea : ada, rubra
d.Lactasi : ASI keluar sedikit

D.  Riwayat penyakit keluarga
Ibu menggatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita DM, asma, hipertensi dan TBC

E.  Riwayat neonatal
1.      Pre Natal
Ibu klien menggatakan bahwa ini anak pertamanya, ibu ANC 9x ke bidan dan waktu mual dan muntah pada trimester pertama diberi tablet fe dan vitamin, ibu tidak menderita penyakit apapun, ibu tidak pernah minum jamudan pijat selama hamil dan mendapat suntikan TT 2x
2.      Riwayat Natal
Ibu melahirkan bayi dengan umur kehamilan 38-39 minggu secara normal/spontan BBL : 2740 gram  PBL : 49 cm FO : 32 cm A-S : 3-4
3.      Riwayat Natal
Setelah bayi lahir dilakukan VTP, keadaan umum jelek dipasang ET, syanosis, sesak, terpasang ventilator
F.   Riwayat psikologi
Kelahiran ini sanggat di harapkan keluarga dan sekarang keluarga sanggat mengahawatirkan keadaan bayinya.
G. Kebutuhan dasar
1.        Pola nutrisi
       ASI : 2,5 cc per 2-3 jam
2.        Pola eliminasi
       BAB : ya , konsistensi lendir warna kuning
       BAK : ya, warna Kuning
3.        Pola aktivitas
       Gerak bayi lemah


II.    Obyektif
a.    Pemerisaan umum
Keadaan umum      : lemah
Kesadaran               : composmentis
BBL                        : 2740 gram                 BBM   : 2740 gram
PB                           : 49 cm
HR                          : 167 x/mmenit
Suhu                       : 36 0
Lingkar kepala        : MO   = 34 cm
                                  FO    = 32 cm
                                  SOB  = 32 cm
LD                          : 34 cm
Lingkar abdomen   : 29 cm

b.    Pemeriksaan fisik
1.    Inspeksi
a.    Kepala : Simetris, tumbuh rambut berwarna hitam dan tipis, bersih, tidak ada kelainan.
b.    Muka : Simetris, kulit berwarna merah, terdapat lanugo.
c.    Mata : Simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sclera kuning, trdapat secret mata.
d.   Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
e.    Hidung : Simetris, ada pernapasan cuping hidung, terpasang ET dan ventilator, tidak ada secret.
f.     Mulut : Simetris, tidak terdapat labiopalatoskizis, terpasang ventilator mode sim v bibir kering.
g.    Dada : Simetris, puting susu menonjol, areola terbentuk baik, retraksi dada normal.
h.    Tali pusat : Bersih, tali pusat agak kering, terpasang infus umbilicalis.
i.      Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida, terdapat bercak kecil berambut.
j.      Ekstrimitas : atas = tidak edem, akral hanggat, Simetris, tidak ada kelainan jumlah jari-jari tangan
Bawah = akral hangat, edema, kaki kiri terpasang infus kaki kanan terpasang saturasi oksigen
k.    Genetalia : Bersih, labia mayor menutupi labia minor.
l.      Anus : Berlubang dan mengeluarkan meconium.
2.    Palpasi
a.    Kepala : Tidak ada oedem, tidak ada kelainan seperti : cephal hematoma, caput succadeneum, anencephalus, hidrosephalus.
b.    Ubun-ubun : Cembung.
c.    Leher : Tidak oedem, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
d.   Abdomen : tidak ada massa, supel
e.    Mgenetalia :labia mayora menutupi labia minora
f.     Anus : mteraba lubang
g.    Ekstremitas : akral hanggat, odem pada kaki kanan kiri

3.     Auskultasi
Dada : denyut jantung 167 x/menit Bunyi nafas normal, tidak ada wheezing ataupun ronchi, dan tidak ada bunyi mur-mur.
4.     Perkusi
Perut : tidak kembung

Reflek
Reflek moro                            :  (- ) hal ini terbukti ketika kita menepuk tangan maka bayi tidak kaget
Reflek rooting                         :  (-) ketika menyentuh pipi bayi, bayi tidak menoleh ke arah rangsangan
Reflek sucking                        :  (-) karena bayi tidak minum asi langsung ke ibunya tapi dengan sendok.
Reflek tonick neck                  :  (-) negative, terbukti karena bayi terpasang ET dan ventilator, bayi tidak mengangkat kepalanya
Reflek graf                              :  (+) terbukti ketika kita menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi menggenggam tangan kita

c.    Terapi
-       Termoreglasi
-       O2 ET + ventilator mode sim V
-       Infus D10 0,18 % 200 cc
-       Aminofusin paed (2) 110 cc
-       Ca gmlukomnas 10 %  10 cc
-       Lipid 30 cc
-       Inj ampralin 2x150 mg
-       Asi per sonde 8x2,5 / 12x2,5 = 30 cc
-       Excange tranfusion 500 cc tiap 100 cc, ca glukonas 1cc (besok)

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Hasil 
Nilai normal
Kimia klinik
Bilirubin T
Bilirubin D
SGOT
SGPT

34,41
11,95
61
43

0,3-1,0 mg/dl
< 0,25 mg/dl
< 38 mg / dl
< 40 mg / dl

Gol Darah : B
Rh               :+

III. Analisa data
Diagnosa : Bayi Ny “T” umur  5 hari dengan ikterus neonatorum
DS         : ibu menggatakan melahirkan bayinya dengan umur kehamilan 39 minggu tanggal : 16-11-2012 jam 13.55 WIB nampak kekuningan.
Do       : Keadaan umum         : lemah
Kesadaran                 : composmentis
BBL                          : 2740 gram                 BBM   : 2740 gram
PB                             : 49 cm
HR                            : 167 x/mmenit
Suhu                          : 36 0
Lingkar kepala          : MO   = 34 cm
                                            FO    = 32 cm
                                            SOB  = 32 cm
LD                             : 34 cm
Lingkar abdomen      : 29 cm
Warna kulit                              : kuning
Reflek : Reflek moro               : (- )
Reflek rooting           :  (-)
Reflek sucking          :  (-)
Reflek tonick neck    :  (-)
Reflek graf                :  (+)
Masalah :
-          Penurunan kadar bilirubin
Dasar : terdapat warna kuning pada seluruh tubuh dari hasil pemeriksaan leb kadar bilirubinya meningkat, bilirubin T : 34,41  bilirubin D = 11,95
-          Perawatan tali pusat
Dasar : tali pusat muelai mengering dan terpasang infus umbilicalis
Kebutuhan :
-          Pemenuhan nutrisi yang adekuat (ASI)
-          Termoregulator
-          Penyinaran ( fototerapi) 1x24 jam
-          Exchange tranfusion

               
IV. Penatalaksanaan
Tanggal 21-11-2012         
Jam
20.00









Jam
20.30

24.00

02.00

05.00
1.   Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, dilakuakan oleh petugas kesehatan
2.   Melakukan perawatan bayi seperti menyeka, menganti alas kain, mengganti selimut, mengganti popok, dilakukan oleh petugas kesehatan, bayi terlihat nyaman.
3.   Melakukan observasi TTV setiap 4 jam
Jam 20.00 = suhu : 36,9 0c HR : 149 x/mnt BAB/BAK +/+, section lendir kental, di puasakan retensi, foto terapi.
Jam 24.00 = suhu : 37 0 c HR : 168x/mnt petike
Jam 05.00 = suhu : 390c HR: 188x/menit foto terapi di matikan, section, ikterus, retraksi 2cc keruh
4.   Melakukan retensi dengan hasil 5 cc lendir keruh bayi di puasakan, di lakukan oleh petugas kesehatan.
5.   Melakukan section dengan lendir kental, ilakukan oleh petugas kesehatan.
6.   ET terektubasi, melakukan intubasi ulang, spo2 95 % HR 162 x/menit retensi 3 cc warna coklat
7.   Melakukan injeksi meronam 75 mg secara IV dilakukan oleh petugas kesehatan.
8.   Melakukan perawatan bayi seperti menganti popok, menganti selimut dan mengganti alas, dilakukan oleh petugas kesehatan. Bayi nyaman
9.   Melakukan retensi dengan hasil 2cc

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 22-11-2012   pukul 08.00 WIB
S       :  -
O      :  Tanda-tanda vital
                  RR             : 45 x/menit                             BB       : 2860 gram
                  Suhu          : 38,60 C                                  PB       : 49 cm
                  Nadi          : 168 x/menit
            Keadaan umum : jelek
            Sesak               : +
            Terpasang ventilator dengan mode sim V dg FIO2  50% PIP 14 Fr 40  1:E = 1:2
            Odem              :+ leb albumin menurun = 3,88
A      :  By “ T” umur 6 hari dengan ikterus neonatorum
P       :
-          Perawatan bayi
-          Observasi TTV
-          Observasi retensi + section
-          Terapi = infus D10  0,18% 250cc
Aminofusin 125cc
Meronem 3x 75 mg
Albumin 25cc pre lasix 2 mg
-          Excheng tranfusion 500 cc tiap 100 cc ca glukonas 1cc
Tanggal 23-11-2012      jam : 20.00
S       :  -
O      :  Keadaan umum : jelek
            Tanda-tanda vital :
                        BB    : 3100 gram                                   PB    : 49 cm
                        Suhu : 36,60 C                                        Nadi : 136 x/menit
Sesak                     : +
Terpasang ET ventilator mode sim V dengan Fio2 55 % PIP 14 Fr 40 I:E=1: 2
Cyanosis                : -
A      :  By “T” umur 7 hari dengan ikterus neonatorum
P       : 
-          Perawatan bayi
-          Observasi TTV
-          Observasi retensi
-          Terapi :
1.      Infus D10 0,18% 250 cc
2.      Aminofusin 100 cc
3.      Meronem 3x75 mg
4.      Tranfusi albumin 25cc lasix 2 mg
5.      Mfoto terapi 1x24 jam
















BAB IV
PENUTUP

            Asuhan kkebidanan pada hiperbilirubinemia merupakan penatalaksanaan yang memerlukan perhatian khusus sesuai dengan prosedur yang berlaku, apabila penangannya tidak tepat akan menimbulkan keadaan yang lebih parah, yang dapat menimbulkan kecacatan.
            Prinsip penanganan pada bayi hiperbilirubinemia dilakukan dengan mempercepat konjugasi, mempermudah konjugasi, melakukan dekompensasi bilirubin, mengeluarkan bilirubin dengan transfusi tukar. Sebagai bidan dalam memberikan asuhan kebidanan untuk mengatasi akibat dari prosedur di atas yang dialami oleh klien.
            Klien Ny. T  yang dirawat di ruang Anggrek . RSUD . JOMBANG  dengan mendapatkan fototerapi mengalami beberapa masalah dan memerlukan kerja sama yang baik dari tim kesehatan dengan keikutsertakan keluarga untuk mengatasi masalah tersebut dengan harapan mempercepat proses penyembuhan.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Rachman. M & Dardjat, M. T. 1987. Buku saku Segi-segi Praktris Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Kelompok minat Penulisan ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Salemba.

2.      Abdoerrachman, H, dkk. 1981. Kegawatan Pada Anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas kedokteran. Universitas Indonesia.

3.      Mansjoer, Arif M. 2005. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius. 



















ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS NEONATORUM TERHADAP BAYI Ny. “T” DI RUANG ANGGREK RSUD
JOMBANG



Disusun Oleh :
NOVI KHOIROTUN NISAK
7210043



PRODI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar