Selasa, 30 April 2013

ASKEB CA CX DENGAN KEMOTERAPI


ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “S” DENGAN Ca SERVIK III-B DALAM KEMOTERAPI CYSPLATIN
Di Ruang Kandungan (Merak) RSU Dr. Soetomo Surabaya





Di Susun Oleh :
Novi Khoirotun Nisak
NIM : (7210043)





PRODI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2013




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas PKK (Praktek Klinik Kebidanan) III dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa puji dan syukur saya panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena telah membawa perdamaian dan kebenaran kepada umat manusia terutama umat Islam.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan program PKK III di Prodi DIII Kebidanan Darul ‘Ulum Jombang. Selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan semua pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih, khususnya kepada :

1.         Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA selaku Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang.
2.         Dr. H.M Dzulfikar As’ad, MMR. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang.
3.         Ninik Azizah, SST,M.Kes selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul ’Ulum Jombang.
4.         Suyati, M.Kes Selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan dan masukan dalam praktek klinik kebidanan III.
5.         Heni susilowati, Amd.Keb selaku kepala ruangan kandungan (merak) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
6.         Hj. Warsiti suherman selaku KEPER IRNA OBGYN di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
7.         Rossi marlina, Amd.Keb selaku pembimbing praktek di ruang kandungan (merak) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
8.         Orang tua yang selalu memberikan bantuan baik materi maupun dukungan moril
9.         Semua pihak yang telah mendukung dalam praktek  .

Semoga bimbingan, arahan, dan dukungan yang telah diberikan selama Praktek klinik kebidanan III, semoga mendapat balasan yang sepadan dari Allah SWT. Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan laporan berikutnya. Semoga laporan ini berguna bagi semua pihak guna menambah wawasan. Amien. Terima kasih.

Jombang, 09 April 2013

   Novi Khoirotun Nisak.


BAB I
PENDAHULUAN

1.    LATAR BELAKANG
Kanker leher rahim (kanker servik) adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim/ servik (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker servik biasanya menyerang wanita berusia 35-53 tahun, 90% dari kanker servik berasal dari sel skuamosa yang melapisi servik dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servik yang menuju kedalam rahim. Karsinoma servik biasanya timbul pada zona transional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel koiumnar.
Sesungguhnya penyakit ini bisa dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki.  Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitarnya 500.000 penderita baru diseluruh dunia dan umumnya terjadi di Negara berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan prilaku sel epitel servik. Pada saat ini dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini dimasa mendatang. Resiko terinveksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti prilaku seksual, kontrasepsi atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker servik.
Mekanisme tumbuhnya kanker servik merupakan suatu proses yang komplek dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami. Insiden dan mortalitas kanker servik didunia menepati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara itu, dinegara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduksi hampir 80% khusus berada di Negara berkembang, sebelum tahun 1930, kanker servik  merupakan penyebab utama kematian wanita dan khususnya turun secara derasti semenjak diperkenalkan teknik skrining pap smear oleh pagnika namun sayang hingga program skrining belum lagi memasyarakat.

2.    TUJUAN
2.1.       Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan kebidanan pada ibu dengan kanker servik di Ruang Kandungan (Merak) RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2.2.       Tujuan Khusus
a.         Menjelaskan kanker servik
b.        Menjelaskan epidermiologi kanker servik
c.         Menjelaskan etiologi kanker servik
d.        Menjelaskan patologi kanker servik
e.         Menjelaskan penyebaran kanker servik
f.         Menjelaskan penangnan kanker servik
g.        Menjelaskan asuhan kebidanan yang harus diberikan pada penderita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CA SERVIKS
2.1.       Pengertian
Ca serviks adalah sel-sel serviks dengan karakteristik histology, proses perubahan pertama menjadi tumor ini dimulai dengan terjadi pada sel-sel squamocolumnar junction (Reeder, 1997).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana dalam keadaan ini terdapatnya sekelompok sel yang abnormal terbentuk dari sel jaringan yang tumbuh terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga sel-sel sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal (Lucman,1995).

2.2.       Klasifikasi Internasional Tentang Ca Serviks
Tahapan stadium klinis dari kanker serviks menurut The Federation of Gynecologic and Obstetrics tahun 1978 yang berdasarkan pemeriksaan klinis, radiology, kuretasi endoserviks dan biopsi (Winjosastro,1999), yaitu :
Tahapan Lesi
Lokasi
Tahap 0 (prainvasif)
karsinoma in situ, karsinoma intra epitel. Kanker terbatas hanya pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi
Tahap invasive
Tahap I
karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks. Ukuran bukan merupakan criteria
Tahap IA
mikroinvasiv. Bila membran basalis telah rusak dan sel tumor telah memasuki stroma >3mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh darah
Tahap IB
secara klinis jelas merupakan tahap I
Tahap II
kanker menyebar ke vagina. Lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina 2/3 proksimal tapi tidak melibatkan pelvis
Tahap IIA
hanya perluasan vagina
Tahap IIB
perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina
Tahap III
kanker mengenai bagian 1/3 bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis
Tahap IIIA
penyebaran sampai 1/3 bagian distal vagina sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asalkan tidak sampai panggul
Tahap IIIB
penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, sudah ada gangguan fungsi ginjal
Tahap IV
meluas ke mukosa kandung kemih dan rectum
Tahap IVA
kanker menyebar ke daerah lain sekitarnya
Tahap IVB
kanker menyebar ke organ lain yang lebih jauh seperti paru, otak, tulang, dan hepar

Kanker serviks pertama kali terjadi dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks dan endoserviks yang disebut dengan squamocolumnar junction (SJC). Pada wanita muda SJC berada diluar ostium uteri eksternum dan pada wanita >35 tahun berada didalam kanalis servikalis.
Kanker dapat tumbuh secara :
  1. Eksofitik : mulai dari SJC kearah lumen vagina sebagai masa ploriferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
  2. Endofitik : mulai dari SJC tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi jadi ulkus.
  3. Ulserasif : mulai dari SJC dan cenderung merusak jaringan serviks dengan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

2.3.       Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi dari kanker belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang diduga dapat mengindikasi terjadinya kanker ini, diantaranya :
a.         Usia dini saat melakukan hubungan seksual
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari dia sudah menstruasi atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Oleh karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel, selalu berubah setiap saat, mati dan tumbuh lagi. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker.
b.         Multiparitas
Pada multiparitas berarti serviks nya sering mengalami perlukaan, sehingga terjadilah proses inflamasi pada sel epitel.
c.         Memiliki banyak pasangan seksual
Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti pasangan seks. Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan mengakibatkan kanker serviks. Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Jika jumlah virus tersebut terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker.
d.        Pemajanan terhadap kuman Human Papiloma Virus (HPV).
Virus ini menginfeksi membrana basalis serviks. Setelah menginfeksi sel epitel serviks sebagai upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meningalkan sekuensi genomnya pada sel inang. Infeksi ini terjadi melalui kontak langsung. Tipe virus risiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6 dan E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel serviks. P53 dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat kelangsungan siklus sel. Dengan tidak aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa harus memperbaiki kelainan DNA nya. Ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama terjadinya kanker.
e.         Pengaruh zat karsinogenik
Peningkatan radikal bebas yang menyebabkan terjadinya mutasi sel meningkat, sehingga terjadi kanker serviks.
f.               Merokok
Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim). Nikotin membuat semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks. Sayangnya tak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari kanker
g.         Umur antara 35-60 tahun
Pada wanita umur 35-60 tahun mengalami perubahan keseimbangan streroid endogen yaitu progesdiol dan estradiol. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan sel diamana terjadinya gangguan proliferasi sel epitel serviks.
h.         Keturunan
Tingginya resiko pada wanita yang keluarganya mempunyai riwayat kanker.
i.      Pencucian vagina
Banyak orang yang melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk “kosmetik” atau kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker. Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan secara rutin. Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun seharusnya atas saran dokter. Artinya, jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina. Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman. Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan pH vagina. Kita tahu, bila pH tidak seimbang lagi di vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat tersebut. Ini akan bisa menimbulkan penyakit-penyakit lain.
j.      Kurang vitamin C
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul kanker serviks. Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker.Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.

2.4.       Patofisiologi
Munculnya penyakit ini diakibatkan oleh sel dinding (epitel) rahim berkembang tidak normal. Dan seperti penyakit kanker lainnya, pemicu dari kanker serviks ini belum diketahui secara pasti. Tapi dari beberapa penelitian diketahui adanya virus papilloma sebagai penyebab lain dari kanker ini. Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human papilloma virus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker serviks. Virus ini hidup pada suasana lembab di cairan vagina yang dialami oleh penderita keputihan (leukore). Dalam waktu yang lama apabila keputihan yang diderita tersebut tidak kunjung membaik, umumnya berisiko pada kanker rahim. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keputihan yang disertai bau yang tidak sedap, dan perdarahan yang keluar dari alat genital. Tapi ada kalanya kanker yang dialami muncul tanpa gejala – gejala sakit tersebut.
Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasi akibat saling mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan adanya pemaparan terhadap faktor resiko dan masuknya mutagen, metaplasi yang awalnya berlangsung secara normal/fisiologis akan berubah jadi patologik (displatik-diskariotik) yang terjadi dengan beberapa tahap. Mulai dari tahap prainvasiv sampai invasiv dan menuju keganasan. Kira-kira dibutuhkan waktu 10-15 tahun dari tahap prainvasive menjadi invasive.
Orang yang menikah pada usia dini, perkembangan dan kematangan serviksnya belum sempurna dan lebih rentan terhadap rangsangan zat-zat kimia, sehingga sel mukosa berkembang menjadi sel kanker. Usia 35-60 tahun juga dapat merangsang terbentuknya sel-sel kanker karena terjadi perubahan keseimbangan steroid endrogen dan gangguan proliferasi sel-sel epitel.
Ganti-ganti pasanngan dapat menyebabkan penyebaran kuman pada reproduksi wanita, sehingga terjadi infeksi sel epadinya proses inflamaitel dan gangguan proliferasi sel epitel yang dapat menimbulkan keganasan pada serviks.
Multiparitas mengakibatkan serviks sering mengalami perlukaan yang mengakibatkan terjadinya inflamasi sel epitel. Selanjutnya terjadi proliferasi sel epitel yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks.
Defisiensi vitamin C, beta karoten dan juga asam folat bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan perbaikan mukosa serviks. Hal ini akan merangsang pertumbuhan sel yang tidak normal di servik.
Infeksi HPV adalah salah satu faktor resiko yang dapat menginduksi untuk terjadinya kanker serviks. Kanker dapat muncul segera atau bisa bertahun-tahun setelah infeksi. Untuk menculnya suatu kanker tidak selalu disebabkan oleh salah satu faktor resiko, ada kalanya kanker muncul karena pengaruh berbagai faktor resiko. Teori mengatakan bahwa HPV mensintesis sel serviks bersama dengan agen mutagen lain seperti merokok yang dapat menyebabkan penurunan efektivitas sistem imun untuk melawan virus yang masuk, sehingga terjadi keganasan oportunitis, yang merangsang timbulnya kanker.
Tahap dimana metaplasi sel yang abnormal terjadi disebagian SJC saja ini dikenal dengan tahap prainvasive yang umumnya tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Ini dikenal dengan 2 bentuk yaitu : CIN (carcinoma intraepitel neoplasia) dan CIS (carcinoma in situ).
Kelanjutan tahap ini adalah tahap invasive. Tahap invasive ini terdiri dari beberapa tahap :
a.       Tahap I dimana kanker hanya terbatas pada serviks saja tapi telah mengalami invasi ke stroma serviks. Akibat invasi pada stoma serviks, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur serviks. Kerusakan tersebut menyebabkan ulserasi yang disertai dengan perdarahan spontan setelah coitus serta tejadi anemia. Selain itu, ulserasi juga menyebabkan sekresi serviks yang berlebihan, sehingga timbul keputihan yang berbau khas. Ini akan dapat berlanjut ke tahap II
b.      Tahap II sudah ada perluasan kanker kearah bawah serviks tapi tidak melibatkan dinding panggul dan telah mengenai daerah vagina dan akan terjadi nekrosis pada vagina dan juga akan adanya pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk dan juga dapat disertai dengan terjadinya perdarahan.
c.       Tahapan III penyebaran ke vagina yang lebih luas dan juga mengalami penyebaran pada dinding panggul.
d.      Pada tahap ini kanker meluas ke sistem perkemihan, pencernaan, pernapasan, dan otak. Metastasis pada sistem perkemihan dapat menyebabkan penyumbatan ureter atau penuhnya kandung kemih yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan eliminasi urine. Metastasis pada bagian pencernaan dapat menyebabkan terbentuknya ulkus dan terjadinya perdarahan. Selain itu, juga dapat terjadi peningkatan asam lambung yang merangsang mual dan muntah. Metastasis pada sistem pernapasan menyebabkan gangguan pengembangan paru sehingga terjadi gangguan pertukaran gas. Dan metastasis pada bagian otak menyebabkan terjadinya kerusakan sistem saraf sehingga terjadi stoke dan kematian.

Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan oleh perdarahan yang eksesif dan gagal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi ureter.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prognosis kanker serviks yaitu :
  1. Umur penderita
  2. Keadaan umum
  3. Tingkat klinik keganasan
  4. Ciri-ciri histologi sel tumor
  5. Kemampuan ahli yang menangani
  6. Sarana pengobatan angtersedia

2.5.       Manifestasi Klinis
Pada fase permulaan kanker serviks terdapat kemungkinan bahwa penderita belum mempunyai keluhan dan diagnosis. Dalam fase yang lebih lanjut sebagai akibat nekrosis (kematian sel) dan perubahan-perubahan poliferatif jaringan serviks timbul keluhan-keluhan.
Tidak ada gejala yang spesifik untuk kanker ini. Perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata, tapi ini sering tidak terjadi pada awal penyakit sehingga kanker telah lanjut saat ditemukan. Gejala paling dini yang dapat muncul antara lain :
a.       Keputihan
b.      Siklus menstruasi yang tidak teratur
c.       Tidak menstruasi sama sekali
d.      perdarahan setitik sehabis bersetubuh
e.       pengeluaran cairan encer dari vagina
f.       nyeri
g.      lemah
h.      Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi)
i.        Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
Keluhan lain yang mungkin muncul yaitu adanya rabas, tapi walau bagaimanapun pada prinsipnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala spesifik pada stadium awal. Dengan terus berkembangnya kanker ini dan jika mencapai kanker servikal invasive dan juga diikuti dengan serangan pada fundus uteri dan mengenai regional saraf, maka penderita dapat mengalami nyeri tajam pada punggung dan tungkai. Pada tahap akhir, ketika penyakit ini tidak diobati akan timbul emisiasi dan anemia biasanya diikuti dengan demam akibat infeksi sekunder.

2.6.       PEMERIKSAAN
2.6.1.       Pap Smear
Pap Smear (pemeriksaan serologi) adalah satu teknik pemeriksaan yang dapat menggambarkan keadaan tingkat perubahan serviks. Selain untuk deteksi keganasan, Pap Smear dapat pula untuk menilai keadaan hormon dan mengatahui adanya mikroorganisme (Tricimonas Vaginalis dan Candida Albicans), tapi HPV tidak selalu dapat dideteksi dengan teknik ini (Reeder, 1995). Hasil Pap Smear dapat dipisahkan sebagai berikut:
  1. Class I : sel normal
  2. Class II : terdapat sel abnormal, harus dilakukan pengulangan Pap Smear
  3. ClassIII : terdapat sel – sel yang kemungkinan ganas, dibutuhkan biopsi
  4. Class IV : terdapat sel – sel ganas sedikit, harus dilakukan biopsi
  5. Class V : banyak sel – sel ganas
Hasil Pap Smear yang mencurigakan perlu untuk dilakukan pengulangan Pap Smear dalam 3 bulan. Walaupun Pap Smear sendiri tidak memberikan penilaian yang adekuat.

2.6.2.      Kolkoskopi dan Biopsi
Kolposkopi dan biopsi adalah teknik yang dapat untuk mendeteksi penyakit yang lebih serius. Wanita dengan CIN dan CIS membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Kolposkopi, biopsi, dan endoservikal kuratase adalah bentuk penanganan yang teknik penanganan yang dapat dilakukan yang diikuti dengan teknik yang dapat menghancurkan jaringan dan juga pergantian jaringan. Wanita dengan infeksi mikroorganisme ditangani dengan pemberian obat yang cocok dan diikuti dengan Pap Smear ulangan dalam 3 bulan. Jika kondisi abnormal masih ada kolposkopi dan biopsi dapat langsung dilakukan (Reeder, 1995).

2.6.3.      Servikologi
Sebuah kamera khusus yang digunakan untuk mengambil gambar dari servik setelah servik tersebut diberi asam asetat. Kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilihat apakah teridentifikasi kanker atau tidak. Penanganan medis yang dilakukan terhadap kanker serviks tergantung pada perluasan CIN yang terjadi. Jika sel endoservikal bebas dari penyakir dan hasil Pap Smear menunjukkan CINsebagian dan CIS, teknik penanganan yang diberikan adalah yang bertujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan permukaan yang abnormal. Teknik yang dapat digunakan diantaranya adalah Cyrosurgery, terapi laser, conizatiuon dan elektroutery (Reeder, 1995).
Ketika CIN telah berubah menjadi tahapan mikroinvasive, surgical conization adalah bentuk penanganan yang dapat dilakukan. Ini dilakukan ketika kolposkopi dan biopsi gagal untuk menghancurkan kondisi abnormal tersebut. (Reeder, 1995).
Kanker serviks tahap invasive adalah tahap dimana perluasan telah berkembang jadi stroma dan juga telah mengalami perluasan pada organ lain seperti vagina, rektum, kandung kemih, ginjal dan juga terjadi metastasis. Kondisi seperti ini ditangani dengan dilakukan histerektomi, radioterapi, kemoterapi. Semua tindakan yang akan dilakukan tergantung pada perluasan penyakit, umur wanita tersebut, kesehatan secara umum dan kondisi abnormal lainnya (Reeder, 1995).

2.7.       Manajemen Terapeutik
Kanker serviks adalah bentuk keganasan yang sering dijumpai pada wanita. Sama halnya dengan keganasan yang lainnya prognosis dari penyakit ini setelah pengobatan akan makin baik jika lesi ditemukan dan diobati lebih dini. Tingkat harapan kesmbuhan dapat mencapai 85% untuk tahap I, 50-60% untuk tahap II, 30% untuk tahap III, dan 5-10% untuuk tahap IV (Prince & Wilson, 1995).
Untuk mengetahui diagnosa secara dini, maka seorang wanita walaupun tidak merasakan keluhan, perlu untuk melakukan pemeriksaan. Untuk wanita usia kurang dari 30 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan genitalia sekali setahun, lebih dari 30 tahun 6 bulan sekali dan sekurang – kurangnya satu kali pada wanita yang hamil (Purnawan dkk, 1982). Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan umu penderita. Metoda Pengobatan :
  1. Metode pengobatan pada stadium awal
    1. Pemanasan : Diathermy atau dengan sinar laser.
    2. Cone biopsy : Mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel – sel yang mengalami perubahan.
  2. Metode pengobatan Pre-Kanker
a.         Pembedahan : Penderita akan mengalami histeroktomi (pengakatan rahim). Ovarium dan tuba falopi bisa juga diangkat tergantung tingkat penyebaran kanker tersebut.
b.         Terapi penyinaran : Terapi penyinaran merupakan terapi lkal, hanya menyerang sel-sel kanker pada daerah yangdikenainya. Pada stadium I, II, dan III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan.2 Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sisa sel – sel kanker yang tersisa)
c.         Kemoterapi : Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim.


































TINJAUAN PUSTAKA
KEMOTERAPI
1.    PENGERTIAN
Komoterapi adalah penggunaan obat-obatan sintostatika dalam terapi kanker (Otto, 2005).
Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan cepat dan aplikasi baru, bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotostik yang bekerja dalam berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase kehidupan sel, sebagai obat digunakan hanya untuk menghancurkan jenis sel kanker tertentu ( Gruendemen, 2006).
2.    TUJUAN (Tim cancerhelps, 2010)
a)      Pengobatan
b)      Mengguranggi masa tumor selain pembedahan
c)      Menguranggi komplikasi akibat metostase
d)     Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup
3.    CARA PEMBERIAN
Kemoterapi dapat diberikan dengan 5 cara antara lain injeksi. Injeksi diberikan melalui suntikan diotot, lengan, paha kiri, perut dsb.
a)      Intra ateri (IA) diberikan langsung keateri.
b)      Intra peritoneal (IP) diberikan langsung ke rongga perut.
c)      Intra vena (IV) diberikan langsung kevena
d)     Topical berupa krim yang digosokkan ke perut
e)      Oral berupa pil kapsul atau cairan
4.    MACAM-MACAM
Ada 4 macam kemoterapi berdasarkan cara penggunaannya , yaitu :
a)      Kemoterapi induksi, yaitu pemberian obat kemoterapi sebagai terapi primer untuk posten yang tidak memiliki alternative terapi lain.
b)      Kemoterapi neoadjuvan yaitu pembarian untuk mengngecilkan ukuran sel tumor atau kanker. Sebelum dilakukan pembedahan pengangkatan tumor atau kanker.
c)      Kemoterapi adjuvan yaitu seri kemoterapi yang digunakan sebagai tambahan dengan modialitas terapi lainnya (pembedahan, nidasi, dan bioterapi) dan bertujuan untuk mengobati mikrometostosis.
d)     Kemoterapi kombinasi yaitu pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi kanker yang menyebabkan aksi obat lainya atau bertindak secara sinergis.
5.    EFEK SAMPING
Pada umumnya efek samping kemoterapi dibagi menjadi empat yaitu :
a)      Efek samping kemoteapi segera terjadi (immediate side effect) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya :
1)      Gejala gastrointestinal, seperti mual muntah, diare, konstipasi, foringiris, esophogiris dan mukositis.
2)      Supresi sumsum tulang, penurunan jumlah sel darah putih (leucopenia) sel trombosit (trombositopenia) dan sel darah merah (anemia)
3)      Kerontokan rambut (alopecia)
b)      Efek samping yang awal terjadi (early eide effecte) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, reuroparti.
c)      Efek samping yang terjadi belakang (delayed side effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan misalnya neuropati ferifer, neuropati.
d)     Efek samping yang terjadi kemudian (late side effets) yang timbul dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, misalnya keganasan sekunder.

6.    OBAT-OBAT SITOTASIKA
a)      Methorexat
b)      Cyclophos pamida
c)      Cisplatin
d)     Carboplotin
e)      Acrynomycin
f)       Bleomyein
g)      Vincristiane
h)      Vinblastine
i)        Eroposide
j)        Parlitakxel

















ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “S” USIA 37 TAHUN DENGAN CARCINOMA SERVIK IIIB DALAM KEMOTERAPI CIYSPLATIN
DI RUANG KANDUNGAN (MERAK) RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Tanggal pengkajian : 03-04-2013
Waktu pengkajian    : 08.00
No. Reg : 12207995
MRS      : 02-04-2013/ jam : 13.09

A.      SUBYEKTIF
1.      Identitas
Nama             : Ny “S”
Umur             : 37 tahun
Agam            : Islam
Suku/bangsa  : Jawa/Indonesia
Pendiidikan   : SD
Pekerjaan       : IRT
Alamat          : Banyuwangi
Nama suami : Tn “A”
Umur            : 36 Tahun
Agama          : Islam
Suku/bangsa  : Jawa/ Indonesia
Pendidikan    : SMP
Pekerjaan       : Swasta
Alamat           : Banyuwangi

2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan setiap BAK sering merasa nyeri sereta nyeri perut bagian bawah.

3.      Riwayat sekarang
Ibu mengatakan perdarahan selama ± 7 bulan, keputihan sebelum perdarahan ± 2-3 bulan berbau, gatal dan berwarna putih serta nyeri perut bagian bawah.

4.      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit diabetes dan menjalani perawatan di rumah sakit di Banyuwangi.

5.      Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan dalam kelurganya ada yang menderita penyakit diabetes, tidak ada yang memiliki riwayat penyakit darah tinggi, paru, ginjal, tumor dan kanker.

6.      Riwayat kebidanan
a.       Riwayat Menstruasi
·      Menarche     : 15 tahun
·      Lamanya      :  5 hari
·      Siklus haid   :  28 hari
·      Disminorhea :  -
·      Flour albus : ya
·      Banyaknya : hari ke 1-3 ganti softek 3 kali/hari
Hari 4-5 ganti softek 2 kali/ hari
b.      Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
No
Anak ke
Jenis persalinan
Penolong
P/L
BB/PB
UK
ASI
KB
1
I
Spontan
Bidan
L
2800
32
YA
PIL berhenti 1 tahun yang lalu
2
II
Spontan
Bidan
P
2800
32
YA
3
III
Spontan
Bidan
L
2800
32
YA

7.      Riwayat perkawinan
Menikah ke : I
Usia saat menikah : 15 tahun
Usia pernikahan : 21 tahun

8.      Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah mengunakan alat kontrasepsi pil dan berhenti 1 tahun yang lalu.

9.      Pola altivitas sehari-hari
a.    Pola nutrisi
b.    Pola eliminasi
c.    Pola istirahat
Sebelum MRS :
d.   Pola personal hygine
Sebelum MRS : mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti baju 2x/hari.
Saat MRS         : mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, belum pernah keramas, ganti baju 2x/hari.
e.    Pola psikologi
Sebelum MRS : ibu menerima dan ikhlas dengan penyakitnya
Saat MRS       : ibu menerima dan ikhlas dengan penyakitnya namun ibu merasa cemas ketika mengeluarkan keputihan terlalu banyak.
B.       OBYEKTIF
Keadaan umum : baik
Kesadaran                      : composmentis
TTV                    : TD = 110/80 mmHg
                              N = 88x/mnt
                              RR = 24x/mnt
                              S   = 36,4 C
Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi
Kepala             : tampak simetris, tidak ada benjolan maupun lesi.
Muka               : tidak pucat tidak odem
Hidung            : simetris tidak ada secret
Bibir                : kering, tidak pucat
Leher               : tidak nampak pembesaran kelenjar tiroid maupun vena jagularis.
Dada               : tidak nampak adanya retraksi
Abdomen        : tidak ada bekas luka oprasi
Genetika           : tidak bengkak, terlihat ada darah karena ibu dalam keadaan menstruasi
b.      Palpasi
Kepala             : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
Leher               : tidak teraba benjolan pada kelenjar tyroid.
Payudara         : tidak benjolan abnormal tidak ada nyeri tekan
Abdomen        : nyeri tekan bagian bawah.
c.       Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing maupun ronchi
d.      Perkusi
Reflek patella : tidak di lakukan

Pemeriksaan penunjang
Tanggal           :01-04-2013
Jam                  : 10.06
No
Parameter
Hasil
Nilai rujukan
1
Glukosa darah puasa
104 mg/dl
Dewasa
Normal : <100
Dm       : >126
2
Glukosa darah 2 JPP
247
Dewasa
Normal : <140
Dm       : >200

SGOT
SGPT
Albumin
BUN
Kreatin serum
Kalium
Natrium
klorida
12 U/L
15 U/L
3,8 g/dl
7 mg/dl
0,8 mg/dl
4,0 mmol/l
137 mmol/l
103 mmol/l
15-37
12-78
3,4-5,0
7-18
0,6-1,3
3,5-5,1
136-145
98-107
           
Advis dr vet :
Terapi :
Dexa    : 2 amp
Ondan             : 8 mg
Sisp     :120,50 mg

C.       ASSASMENT
Ny “S” PIII-III dengan carcinoma servik III B ProER-AFL, HN sedang, DM + dalam kemoterapi Cysp III

D.      PENATALAKSANAAN
08.00
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan, ibu memahami
08.30
Memfasilitasi kebutuhan diet TKTP, habis 1 porsi
09.00
Melakukan observasi:
TD : 120/80 mmHg
N   : 88 x/mnt
S    : 36  0 C
RR : 24 x/mnt
09.30
Melakukan vulva hygine
Memasang kateter, urine keluar ± 50 cc warna kuning jernih
10.00
Memasang venflon ditangan kiri ibu
Memasang infuse NaCl 500 cc, tetesan lancar
10.30
Menyuntik dexa 10 mg, ondan 8 mg reaksi tidak ada
13.00
Memasang kemoterapi cisplatin 120,50 mg tetesan lancar dan tidak ada reaksi kemoterapi
14.00
KIE tentang efek samping kemoterapi, ibu mengerti








Catatan perkembangan
Tanggal           :04-04-2013
Jam                  : 08.00

S          :  Ibu mengatakan sedikit mual
O         :  keadaan umum : baik
              TTV              : TD = 120/80 mmHg
                                      N   = 80 mnt
                                      S    =  36,5 0 C
                                      RR = 24 x/mnt
              Mual positif, mutah tidak ada
              Terpasang kateter
A           : Ny “S” dengan carcinoma servik III B Pro ER-AFL Dm + post semoterapi cysplatin
P            :
08.00
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang dikejakan, ibu memahami
08.30
Memfasilitasi kebutuhan nutrisi diet TKTP, habis 1 porsi
09.00
Melakukan observasi
TD : 120/80 mmHg
N    : 80 x/mnt
S     : 36,5 0 C
RR  : 24x/mnt
09.30
Melepas kateter
10.00
Melepas temvlon
13.00
Member KIE tentang nutrisi, jadwalkan control ulang di sepakati ibu kembali tenggal 25-4-2013










DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu kandungan. Yayasan bina pustaka. Jakarta

Rumli, Mukhlis, dkk (2005), deteksi dini kanker, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta.

Triningsih, Ediati (2007), makalah servik, Refrensi Pap smear bagi bidan, yayasan kanker Indonesia cabang D.I Yogyakarta.

1 komentar:

  1. Casino - Drmcd
    Casino. The Casino in Atlanta offers sports betting, slots, 밀양 출장마사지 and roulette tables, while their casino offers slot machines and 군포 출장샵 table games. 보령 출장샵 The 제주 출장샵 casino also has  동해 출장샵 Rating: 4.7 · ‎19,624 reviews

    BalasHapus